Lihat ke Halaman Asli

Kamaruddin Azis

TERVERIFIKASI

Profil

Teman Jalan Itu Chester Bennington

Diperbarui: 22 Juli 2017   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chester dan Linkin Park (EDM Sauce)

Bilik dan plafon rumah di Palos Verdes Estates, California itu jadi saksi detik-detik vokalis bersuara pisau itu menetak jalur napas dan raganya. Pada pukul 9 pagi itu, 20 Juli 2017 dia mengakhiri hayatnya. Pilihan itu sebagai Run Away Suicide,bunuh diri sebagai pelarian, jawaban atas ngototnya di lagu 'Pushing Me Away-nya'.

Mike Shinoda, karib Chester Bennington membenarkan kabar duka personil utama Linkin Park (LP) itu. Seperti Anda, saya juga menyukai suara Chester dan performa LP. Shinoda shock. Chester kini takliq sebagai follower Chris Cornell, vokalis Soundgarden, sosok yang disebutnya sebagai idola yang juga meninggal karena gantung diri.

Iya, Chester Bennington dan Mike Shinoda adalah dua vokalis band LP. Pertautan suara setajam pisau Chester dengan Shimoda yang rapper menjadikan LP pantas diganjar sebagai 'band pembeda yang bertenaga' kala itu. Saya jatuh hati saat menonton berulang video klipnya yang wara-wiri di layar kaca di awal 2000an. Pada masa itu, ketika usia masuk 30an.

Chester yang kita kenal itu, lahir di Phoenix, Arizona pada 20 Maret 1976. Terlepas dari masa lalunya yang kelam dan dramatis, dia adalah ruh LP. Pengalamannya di band bernama Grey Daze memang sempat membuatnya khawatir tentang masa depan bermusiknya sebelum tenar bersama Linkin Park.

Di LP, selain Mike Shinoda yang lead vocals, rapper, rhythm guitar, ada pula Brad Delson di lead guitar dan backing vocal, lalu Dave Farrell sebagai bassis, pun Rob Bourdon di drum dan perkusi, lalu Joe Hahn di turntables, programming dan backing vocal.

***

Pada 2002, pada sore berangin, saya duduk tanpa baju, menghadap ke jalan Siswomiharjo di timur Kota Benteng Selayar, Sulawesi Selatan. Dwi Dharmawan, memetik gitar sembari melihat ke kerumunan pohon kelapa di utara.

Di headset saya, mengalun Runaway, mungkin ini sudah yang ketiga terputar, salah satu lagu yang saya sukai dari album Hybrid Theory. Dwi, yang jago main gitar itu dan sekarang telah jadi dokter gigi itu memuji vokal Chester sebagai 'tinggi dan sangat bertenaga' untuk Linkin Park. Adiknya Wira yang masih SMP juga menyukai Linkin Park. Pada kesempatan lain, Wira, menuliskan kata 'Linkin Park' dengan spidol permanen di meja belajarnya yang biru muda.

Karena LP itu pula saya membeli dua album pertama mereka bersama album 'cadangan' The Corrs, teman perjalanan, teman bekerja selama di Selayar pada 2000-2003. Teman pada perjalanan sehari penuh dari Makassar ke Selayar atau sebaliknya. Saat naik bus Mahkota, lagu Linkin Park sudah minta diputar. Demikian pula saat di fery dari Bira ke Pamatata.

Tak hanya menggamit album mereka, saya juga membeli dua t-shirt Linkin Park, warna hitam dan biru muda. Seorang kawan yang saya ketemu di tahun 2005 menyebut bahwa selera saya underground juga.

"Ah kenapa tidak?" kataku pada suatu malam saat kami main bilyar di bilangan Benhil Jakarta nun lampau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline