Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Indonesia; Cerdas (?) tapi tak Waras

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa tulisan ini sebagai tanggapan atas pemberitaan di kaltim post 1 hari yang lalu ( kamis, 15 mei 2014 ) yang bejudul " UNMUL MENGALAMI DEGRADASI " sebagai tindak lanjut pemberitaan Diskusi yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, bertemakan " pasang surut peringkat Unmul " yang menghadirkan pembicara; Pembantu Rektor 1 Unmul, Prof. Dr. Ir. H. Afif, M.Agr. dan Dosen dari Fakultas Hukum Unmul, Herdiansyah Hamzah ( Bung Castro ). sebelumnya dalam acara tersebut seharusnya menghadirkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim, namun sayang yang bersangkutan tidak bersedia hadir. selengkapnya tentang pemberitaan dapat di cek di http://www.kaltimpost.co.id/rubrik/index/4/metropolis.html .

kembali ke pokok pembahasan.

Ada banyak hal menarik sebenarnya yang bisa ditarik dari pendiskusian pada hari itu, meskipun tidak sempat hadir ( mohon maaf kepada Presma BEM FISIP, Bung Jifran ) namun dari " gosip-gosip " jalanan yang muncul sudah membuktikan betapa hebohnya acara tersebut. Universitas Mulawarman, seperti yang diketahui bersama adalah Universitas tertua di Kalimantan Timur, salah satu Provinsi Kaya di Indonesia. Universitas Mulawarman merupakan perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbesar di Kalimantan, dengan jumlah mahasiswa mencapai lebih dari 37.000 orang ( sumber; Wikipedia ). Jika kita membayangkan bagaimana kondisi kampus ini, terletak di Provinsi kaya, dengan status Ter-tua dan Jumlah mahasiswa Terbesar ( se-pulau Kalimantan ) maka kita akan berdecak kagum dan menyimpulkan; " Kampus ini tentulah Kampus yg Luar Biasa ! ". tapi itu jika anda Membayangkan, tanpa melihat langsung. Sekarang, berkunjunglah ke Kampus ini dan insya allah anda akan segera menarik pernyataan anda sebelumnya dan menggantinya dengan " Kampus ini kok Biasa saja ? ". begitulah kenyataannya akan ada perbedaan jawaban antara anda yang berangan-angan dan anda yang berhadapan, akan ada perbedaan intonasi suara jika mengucapkan komentar tentang Unmul ( Universitas Mulawarman ). Mengapa demikian ? mari kita jawab bersama ;

kita bicarakan tentang Sistem Pendapatan dan Pengelolaan Keuangannya dulu :D

Dalam pengelolaan anggaran kampusnya, Unmul terkesan banyak sekali " mengamankan diri ". terbukti dari ketidakjelasan tentang keluar masuknya anggaran yang dikelola kampus ini. sebagai contoh, di periode 2008-2012 biaya yang dibebankan kepada mahasiswa selain spp ada yang bernama Dana Pengembangan fakultas ( DPF ) yang kemudian pada 2013 dihapuskan menyusul peraturan baru tentang penerapan Uang Kuliah Tunggal. dan perlu diketahui bersama bahwa dalam pengelolaan DPF, hingga sekarang  tidak jelas rimbanya. di Kampus Fisip Unmul sendiri, dalam pertanggung jawaban dekan dihadapan perwakilan Lembaga Mahasiswa pada tahun 2012, Dekan Fisip beralasan bahwa DPF akan dianggarkan untuk membangun Gedung Pengembangan Fakultas, dan Alhamdulillah hingga Sistem pembayaran DPF dihentikan pada tahun 2013, Gedung tersebut tak juga muncul. jangankan gedung, alat tukang pun tak ada. itu hanya salah satu contoh kecil saja. belum lagi kita berbicara pada Sumbangan-sumbangan dari Perusahaan yang ada di Kaltim. apa kabar dengan Pertamina, Pupuk Kaltim, PT.Badak, Chevron dll ? apakah mereka tidak dimintai sumbangan untuk bersama-sama memajukan Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa terbesar di Kalimantan ? jawabannya, barangkali ada, akan tetapi masuknya kemana dan dipakai untuk apa, hanya Mereka yang tahu. kemudian selanjutnya adalah program BEASISWA. silahkan cai info sendiri terkait jumlah beasiswa yang diperuntukkan untuk mahasiswa unmul karena yang jelas, jika dihitung dengan Waras maka Insya Allah dengan beasiswa tersebut mahasiswa-mahasiswa Unmul bisa diberhentikan untuk melakukan segala bentuk pembiayaan terhadap kampus, artinya Kuliah Gratisss. namun jika kita lihat bagaimana pengelolaan beasiswa tersebut ? ternyata jauh dari harapan. untuk mendapatkan beasiswa, syaratnya selain harus mendapatkan predikat miskin dari tingkat rt ( kebiasaan Indonesia, memamerkan Kemiskinan sampai-sampai ada yang mau malsukan identitas dari yang bapaknya PNS menjadi PETANI ) atau mendapatkan IPK  yang memuaskan ( padahal....*akan kita bahas selanjutnya ) anda juga harus kenal minimal dengan salah satu staff di dekanat atau rektorat, yaa demi menjamin berkas lulus-lah tentunya juga tidak gratis ( potongan sesuai perjanjian :) ). jika syarat-syarat diatas terpenuhi maka, silahkan bernafas lega. tak perlu takut untuk tidak kebagian beasiswa, toh semua akan kebagian asal mengikuti tata cara diatas, jangankan anak miskin, anak kepala sekolah saja dapat beasiswa tidak mampu kok, tapi itu tadi, harus punya " orang dalam " istilah bekennya. selanjutnya pembayaran spp dengan sistem terbaru; sistem Uang Kuliah Tunggal ( UKT ). jika berfikir tentang niat suci UKT yang dalam prinsip penerapannya agar terjadi subsidi silang ( yang kaya subsidi yang miskin, padahal sejatinya pendidikan itu hak dan hak tidak mengenal pembedaan ) maka kita akan bernafas lega. tetapi mari lihat kenyataannya. dengan berbagai macam golongan/ tingkatan pembayaran, mahasiswa akan ditempatkan sesuai dengan kehendak komputer milik Team Verifikasi. maka tak heran entah komputer atau otak Team Verifikasi-nya yang eror hingga menyebabkan banyaknya mahasiswa yang tidak ditempatkan kepada golongan yang seharusnya. salah satu contoh temuan kasus dari kawan-kawan yang melakukan advokasi adalah adanya mahasiswa yang memiliki I-Phone ditempatkan di golongan rendah dan mahasiswa anak penjual warung makan yang orang tuanya tidak punya slip gaji dan rumah ngontrak terpaksa pinjam slip rekening listrik dari yang punya kontrakan, alhasil si mahasiswa pun dibebankan pembiayaan spp di golongan tinggi. selain itu, janji untuk pembentukan tim verifikasi setiap semester dengan pelibatan mahasiswa didalamnya pun tak dilaksanakan, bahkan terakhir para Orang Cerdas di Unmul pun mengingkari kesepakatan pertemuan mereka, perwakilan DIKTI dan Mahasiswa yang mana dalam pertemuan tersebut salah satu rekomendasi dari DIKTI adalah adanya pertemuan yang membahas mengenai cara kerja dan pengelolaan UKT antara pihak kampus dan mahasiswa, namun sepeninggal DIKTI ternyata rekomendasi tersebut justru di pelintir menjadi pertemuan biasa ( dalam artian mendiskusikan hal yang umum dan tak menyentuh substansi permasalahan ).

selanjutnya kita bicarakan mengenai Sistem Pemebelajaran di Unmul

dalam penerapan sistem pendidikan di Unmul, kami biasa menyebutnya sistem belajar tanda tangan atau sistem copas tugas. Kenapa demikian ? silahkan dicek dibeberapa fakultas yang ada, bagaimana tata cara para pendidik dalam melakukan proses pendidikan. Asal-asalan. asal masuk ( pindah jam kuliah se-enaknya, terjadi di beberapa kampus ), asal tanda tangan absen ( hampir disemua Fakultas ), asal dekat dengan dosen ( ini umum ), asal kerjakan tugas ( tak peduli mau dikoreksi atau tidak, dan siapa juga yang mau buang-buang waktu meriksa tugas mahasiswa yang berjumlah 40an orang dan tugasnya tebal-tebal ). jika semua catatan diatas dipenuhi, maka IP 3,00 adalah angka yang paling rendah. di Unmul, kualitas pemahaman terhadap Ilmu tidak diperlu diperdebatkan dan yang diperdebatkan adalah Kualitas isi dompet. tak ada perdebatan, tak ada perbandingan. tak ada sanggahan kalaupun ada itu akan anda jumpai disaat anda melakukan proses pengerjaan skripsi ( tapi coba aja dicek, barangkali juga bisa di lobi-lobi ).

selanjutnya Fasilitas-fasilitasnya

bicara fasilitas, komponen yang mendasar adalah perpustakaan. dan ingin menyambung pembicaraan dalam diskusi publik kemarin, PR 1 Unmul menyarankan agar mahasiswa rajin mengunjungi perpustakaan Unmul. sedikit komentar bahwa PR 1 Unmul barangkali tak pernah masuk kesana, hingga tak tahu bahwa begitu terbatasnya buku yang ada di perpustakaan Unmul. jika skripsi-skripsi dari para alumni tidak museumkan disana, maka apa jadinya perppustakaan unmul. lantas jika demikian, bagaimana kita bisa bermimpi mahasiswa memenuhi perpustakaan Unmul jika buku-bukunya terbatas. belum lagi jamnya yang terbatas dan pengelolanya yang aduhai galaknya.

selain itu, patut diketahui bersama bahwa perpustakaan Unmul sudah jadi gedung serba guna, dibawah dipakai sebagai kantor pembantu salah satu bank, di atas, ruangannya dipakai oleh Telkomsel. tapi hal itu sudah benar karena entah peraturan kapan yang tiba-tiba menyulap Gedung Perpustakaan juga sebagai gedung pusat bisnis Universitas Mulawarman.

cukup 3 pembahasan itu saja dulu. sekarang kita akan tarik kesimpulannya berhubungan dengan ter-degradasinya Unmul sekaligus Loyo-nya Sistem Pendidikan Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline