Lihat ke Halaman Asli

Ratapan dan Tangisan Dibalik Senyum Sang Penguasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi yang indah , kicauan burung serta hangatnya mentari pagi mengawali catatan dayri dalam memorie otak ini,begitu segar dan bersemangat sehingga membuat suasana hari ini seakan penuh dengan sejuta kebahagiaan yang siap menanti didepan.namun sungguh sayang semua itu tidak sama seperti yang dirasakan oleh saudara-saudaraku yang tinggal disekitar bantaran kali pinggiran kota jakarta ini ,ditempat yang kumuh itu menjadi saksi bisu akan kekejaman dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa di negeri ini.

untuk sebuah kehidupan mereka harus rela berkorban  jiwa dan raga mereka , menapaki setiap langkah kaki dengan penuh kkeikhlasan dan kesabaran,hingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia untuk mereka bersenang dan bergembira dalam menikmati kehidupan seperti halnya yang dirasakan oleh kalangan-kalangan terpandang diluar sana dan itu semua mereka lakukan  hanya untuk sebuah kehidupan di negeri tercinta ini.

hinaan dan cemoohan hingga dikucilkan oleh orang-orang yang tak berhati nurani tidak mematahkan semangat mereka untuk terus berjuang dalam menghadapi pahitnya sebuah realita kehidupan.mereka tak putus asa dan mereka tak merasa malu akan sebuah kehidupan yang mereka lakoni, bahkan mereka bangga dengan setiap detik dan setiap tarikan nafas kehidupan  yang mereka lakukan.

tidak seperti penguasa yang ada didalam sana,duduk didalam ruangan yang penuh dengan kenyamanan dan kemewahan serta singgasana yang mereka banggakan.dengan penuh  keangkuhan dan kesombongan mereka yang tak lain semua keglamoran hidup itu hasil dari perampasan,pencurian dan penindasan yang mereka telah lakukan.

mereka sepeerti lintah yang mengisap darah,mengisap dan mengisap tanpa peduli meskipun musuhnya sudah tak berdaya lagi. begitu besar penderitaan yang harus ditanggung rakyat dinegeriku ,hasil dari ulah tikus-tikus berdasi negeri ini,yang selalu mengedepankan kepentingan pribadi mereka.

Tinta pena Badan Statistik seakan lelah dan habis mencatatnya maraknya tingkat kelaparan dan kematian dinegeri ini.Negeri yang penuh dengan kekayaan alamnya namun tidak bisa menghidupkan mahluk- mahluk yang bergantung didalamnya.timbul sebuah  pertanyaan dari sebuah potret hidup yang terlihat dinegeri seribu konflik ini " APAKAH SEMUA INI SALAH BUMI YANG KITA PIJAK?"

jawabannya sungguh bukan karena bumi yang kita pijak. melainkan ini timbul akibat dari tangan-tangan zolim sang penguasa yang berdalih dalam setiap kebijakan-kebijakan di negeri ini.Tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab,tangan-tangan yang hanya bisa mengeksploitasi hasil alam negeri ini."APAKAH MEREKA TAU APA YANG DIRASAKAN ANAK CUCU ADAM DILUAR SANA?" menangis,dan merintih melawan kejamnya dunia diluar sana ......satu jawaban dan untaian klasik yang terucap bahwa mereka tahu akan semua ini, namun inilah para penguasa mereka hanya bisa memberikan seuntai janji dan harapan palsu dari mulut-mulut busuk mereka.

Mereka  hanya bisa tersenyum dan tertawa diatas rintihan dan jeritan rakyatnya.untuk ituh aku sebagai mahluk intelektual yang dibesarkann dari pahitnya sebuah kehidupan dinegeri ini mencoba bangkit dan melawan dan menyuarakan aspirasi saudara-saudara ku yang ada diluar sana .

tapi semua ituh butuh kehadiran dari engkau pemimpinku.engkau yang menjadi wakil-wakil yang diamanatkan rakyat.hadapkanlah kepalamu kebawah liatlah dan rasakanlah betapa banyak rintihan-rintihan sakit hati rakyatmu yang mengharapkan seuntai keadilan dari kebijakan-kebijakanmu.

namun hidup glamour,rumah mewah,mobil mewah serta uang yang berlimpah seakan membutakan hati dan mata mereka.tugas pokok yang seharusnya mereka jalankan yang merupakan amanat dari rakyat negeri ini mereka abaikan begitu saja.dan fenomena yang aneh lagi yang terlihat di negeri ini para pemegang-pemegang kebijakan negeri ini lebih tunduk dan takut pada tamu dan dan pendatang di tanah air ini,tamu yang yang menjadi raja dan sekaligus memegang kendali kekuasaan dari segala sektor baik dari  sektor perekonomian dan politik dinegeri ini.

wahai pemimpinku  aku rindu padamu datanglah dan hentikanlah aksi kekejaman dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa negeri ini , sampai kapan kami harus menjadi babu di negeri kami sendiri? apakah sampai rakyat meneteskan airmata darah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline