Tepatnya pada Jum'at pagi menjelang dilaksanakannya Shalat Jum'at tanggal 15 Maret 2019 yang lalu, kita dihebohkan oleh tragedi (penembakan terhadap Jamaah) mesjid Al Noor kota Christchurch dan Mesjid di Linwood Avenue Selandia Baru. 49 orang meninggal dunia dan korban yang lainnya mengalami luka serius.
Diantara para jamaah terdapat pula 6 orang WNI yang menjadi korban penembakan dari tragedi tersebut. Kita tahu bahwa apa yang telah terjadi "membuahkan" ungkapan keprihatinan sekaligus menyesalkan dan mengecam tindakan teror yang tidak manusiawi tersebut.
Tidak hanya dari umat Islam saja, namun umat beragama lain dari berbagai belahan dunia-pun turut mengutuk aksi yang dilakukan oleh Brenton Harrison Tarrant, warga negara Australia yang masih berusia 28 tahun. Konon diketahui dari beberapa sumber bahwa Tarrant telah diidentifikasi sebagai teroris ekstrem kanan yang menganut ideologi supremasi kulit putih yang menganggap para imigran Muslim sebagai "ancaman" bagi dirinya dan kelompoknya sehingga harus diserang.
Khususnya di negara Indonesia, apa yang telah dilakukan oleh teroris Brenton Tarrant tentunya berdampak pada reaksi yang muncul di kalangan masyarakat Indonesia. Betapa tidak, 6 orang warga negara kita ikutserta menjadi korban tragedi tersebut. Tidak bisa dipungkiri, reaksi ini terjadi sebagai dampak hubungan emosional yang terjalin sebagai sesama masyarakat Indonesia dan sesama umat muslim yang tentunya memunculkan respon beragam.
Adalah suatu kewajaran, jika peristiwa ini menimbulkan reaksi kecaman yang keras terhadap pelaku teroris tersebut. Namun menjadi suatu ketidak-wajaran ketika kita pun "latah" serta ikut-ikutan menggeneralisasi pelaku teroris Brenton tersebut sama dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Australia kepada masyarakat Indonesia atau kita menganggap apa yang dilakukan oleh Brenton adalah sama dengan apa yang dilakukan umat non Muslim kepada Umat Islam.
Sekali lagi perlu kita pahami, bahwa Brenton adalah teroris dan pelaku kejahatan. Apa yang dilakukannya sama sekali tidak berhubungan dengan serangan umat non muslim kepada umat muslim atau serangan dari Australia kepada negara yang mayoritas Islam, seperti Indonesia.
Melalui kesempatan kali ini, saya menghimbau semua masyarakat Indonesia serta umat muslim Indonesia agar cerdas dan cermat dalam melihat benang merah-nya persoalan. Pandai-pandai-lah memilah apa yang seharusnya dikecam dan jangan menggeneralisasi suatu persoalan dengan objek yang sama sekali tidak saling berkaitan. Semoga tulisan singkat ini mengispirasi kita agar lebih bijak menyikapi Tragedi Selandia Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H