RAMADHAN DI KAPAL LAUT. Tulisan ini semula hanya kumpulan status di jejaring sosial (social media) Facebook dan kultwit di Twitter saat mudik lebaran. Karena kontinyu dan sambung-menyambung, tidak terasa jadi panjang. Jadilah sebuah artikel. Nah, inilah salah satu trik -- kalau tidak disebut kemalasan saya -- untuk menjaga semangat menulis dalam situasi darurat, tdk membawa komputer laptop, modem, kecuali handphone jadul yang konon katanya termasuk smartphone itu.
"Ketika harga tiket pesawat blum terjangkau dompetku, bbrp kali sy hrs mudik ke Makassar dgn kpl laut milik PT PELNI saat msh Ramadhan. Perjalanan 2 hari 3 malam dr Pelbh TgPriok Jakarta-Pelbh Soekarno Hatta Makassar". Begitu awal kultwit saya
di Twitter. "Penumpang Muslim, disiapkan jatah mkn sahur dan buka puasa, tak ketinggal kue takjil". Itu "kicauan" berikutnya sampai memiliki seri lebih dari 90-an kultwit. Untuk mengusir kejenuhan, sesekali saya sambung berupa status di Facebook, jumlah status sampai 50-an. Jadi maklum saja kalau beberapa kalimatnya, ada yang suku katanya dipersingkat seperti gaya SMS, itu memang untuk kalimat standar ukuran Twitter maupun Facebook.
Penumpang kapal laut harus memegang tiket. Tanpa tiket berarti penumpang gelap alias pelarian. Naik kapal laut di waktu Ramadhan, punya kekhasan lain dalam hal tiket. Kenapa? tiket yg dipegang masing2 penumpang, diberi tanda khusus berupa cap stempel bertuliskan: PUASA. Artinya ybs sdg menjalankan ibadah puasa. Berarti ybs bisa antre makan pada Subuh hari sebelum dan jelang wkt imsaqn serta pengambilan jatah makan pada saat berbuka puasa di wkt Maghrib.
Cara pengaturan dan penjadwalan jatah makan penumpang kapal laut ini, mungkin dimaksudkan, agr jatah makan di atas kapal, tdk sampai doubel dgn mrk yg tdk berpuasa pd siang hari. Sebab bila tdk diatur, wah bisa bangkrut dong Pelni, hehe...
Selain di PANTRI tempat pengambilan jatah makan bg penumpang, juga kantin kapal di setiap dek atau di anjungan bagian buritan kapal, menyiapkn kue2 dan makanan, tentu saja dgn harga spesial. Mie instan (pop mie gelas) Rp15 ribu. Kopi susu/hitam hangat, misalnya, dijual Rp10 ribu. Pakai batu es (dingin) Rp20 ribu.
*****
Ada cerita kawan dari Medan, waktu pulang kampung lewat pelabuhan Belawan. Cuma bawa duit terbatas, pdhl mau juga nyicipin kopi susu di kafe kapal. Dgn modal cekak itulah, si kawan ini lalu mesan kopi susu hangat dan buru2 menenggaknya. Takut keburu dingin. Melihat kesetanan begitu, penjaga kantin bilang, "pelan2 aja minumnya Lae, kopinya masih panas koq, tunggu dingin dulu". Si Lae rupanya punya alasan. Kalau nanti keburu dingin, pasti harganya naik dan sdh tentu jadi mahal. Bukankah, "kopi susu/hitam hangat, Rp10 ribu. Pakai batu es (dingin) Rp20 ribu".
Hehe..benar juga ente Lae... Kenapa harganya spesial dan cenderung mahal?, ya, mgkn karena penumpang tdk punya pilihan lain. Misalnya, nyari ke warung tetangga sebelah. Lah, sebelah mana, emang ada? Wong di lagi di tengah laut lepas. Ada tuh di sebelah, gratis lagi, tapi yg juga warung juga ikan hiu, mau? hehehe...
Saya sendiri punya kesan tersendiri naik kapal KM KAMBUNA dari Makassar ke Tanjung Priok Jakarta. Meski cuma penumpang kelas ekonomi, tapi status saya ketika itu (1986), masih pengantin baru. Sehingga pelayaran 2 hari 3 malam dari Makassar - Jakarta, betul-betul sebagai perjalanan bulan madu. Kapal KM Kambuna ini, kabarnya, sudah naik dok (bengkel khusus kapal laut). Bahkan kabar terakhir sudah di-scraping (dipotong jadi besi tua). Di Kambuna ini pula, bahkan hampir di semua kapal laut milik PT Pelni, pelaku copet berkeliaran menggerayangi dompet penumpang.