Jodoh, rezeki, ajal, ketiganya adalah hak mutlak dari Tuhan, Allah Maha Pencipta. Ketiga persoalan ini,tidak ada satu orang pun yang bisa membantah.
Tapi khusus soal jodoh, jadi menarik diceritakan jika itu menyangkut keluarga besar kami. Ibaratnya, perjodohan di keluarga kami, seperti cerita zaman Sitti Nurbaya.
Kenapa cerita zaman Sitti Nurbaya tiba-tiba saya bahas di sini, itu karena ceritanya sempat populer dan pernah dikisahkan dalam buku novel.
Bukan itu saja. Kisah Sitti Nurbaya jadi salah satu bahan obyek di tulisan saya ini bermula dari saya temukan foto ayah dan ibu waktu mudik lebaran Idul Fitri 2023 lalu.
Ya, foto beliau berdua ini, saya temukan sewaktu mudik lebaran ke Makassar tahun 2023 ini. Foto ini (katanya sih) ketika keduanya masih pengantin baru.
Tentu saja kami: saya, kakak, adik-adik belum lahir. Mereka menikah karena dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Masih sangat dekat, saudara sepupu (misan).
Pasalnya, kedua Tetta Puang (kakek) kami, tepatnya ayahnya ayah dan ayahnya ibu, masih adik-kakak. Belakangan, giliran saya dan istri juga kemudian berjodoh.
Lebih tepatnya dijodohkan. Pada akhirnya tak bisa menolak tradisi ini. Kami berdua juga menikah sepupuan. Kakek saya dan nenek istri adik kakak. Ayah saya dan ayah istri (mertua) saudara misan (sepupu).