"Lorong Waktu", salah satu buku karangannya. Ya buku autobiografi senior saya, kanda M Dahlan Abubakar ini, wartawan kawakan berlatarbelakang akademisi.
Terakhir saya dapat info, beliau sempat jadi Humas sekaligus dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, lalu kini sudah pensiun.
Di buku "Lorong Waktu"-nya itu, kanda Dahlan berkisah antara lain tentang IDENTITAS, koran kampus yang menjadi kawah candradimuka jurnalistiknya.
Betapa banyak akhirnya lahir dan tumbuh wartawan muda dari IDENTITAS ini yang bertebaran di sejumlah grup media besar di tanah air.
Sebut saja misalnya, Hamid Awaludin (mantan Menkumham), Aidir Amin Daud (mantan salah satu Direktur di Kemenkumham) keduanya dari IDENTITAS ke Harian FAJAR, dan beberapa lagi rekan lainnya, adalah "alumni" koran kampus IDENTITAS.
Peran tutornya juga tak bisa dilewatkan dan dilupakan: Pak Sinansari Ecip (dosen, mantan KPI, MUI, pendiri koran Republika) dan almarhum Andi Syahrir Makkuradde, mantan koresponden Majalah Tempo dan pengelola majalah "Akselerasi".
Ini sedikit banyak saya ketahui antara Andi Syahrir Makkuradde dan Dahlan Abubakar, karena saya juga ketika itu aktif di koran kampus IAIN (skrg UIN) Alauddin Makassar.
Kemudian belakangan ikut "nyemplung" jadi wartawan daerah di "SKH Mimbar Karya" (Pemred Moh Anis), berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) biro Indonesia Timur berkedudukan di Kota Makassar hingga hijerah dan bergabung di redaksi Jakarta.
Sebagai yunior, tentu saja saya banyak belajar kepada senior, termasuk salah satunya adalah kanda Dahlan ini. Ketika saya masih sekolah di PGA Maros (kini MAN, setingkat SMA) banyak membaca artikel beliau, juga berita yang ditulisnya di koran harian "Pedoman Rakyat" (Pemred: LE Manuhua + M Basir).