Ada saja ya pengguna jalan yang menganggap jalan raya adalah milik nenek moyangnya. Berkendara bak pembalap di sirkuit, zig-zag dan ugal-ugalan tanpa mau memikirkan keselamatan pengendara lain.
Ini kejadian nyata. Saya alami sendiri saat berboncengan motor dengan istri. Tiba-tiba ada "ojol" (ojek motor online) melaju dengan kencang dan mendahului motor kami dari sisi kiri. Saya dibuat kaget.
Tapi belum hilang rasa kaget saya, "Si Ojol" tadi tiba-tiba memotong jalur, menyalip ke kanan dan berusaha mendahului motor dan mobil di depannya. Tapi gagal. Ada mobil dari arah depan. Lagi-lagi dia kembali memotong jalur. Kali ini ke arah kiri.
Dalam situasi seperti ini, saya langsung membunyikan klakson. "Tet...tet..teettttt" dengan suara panjang. Dia berhenti dan motornya sengaja dibiarkan melintang di depan motor saya.
Si Ojol : "Ada apa..ha?", gertaknya.
Saya : "Loh, bukannya di situ yang nyalib dan memotong jalur saya tanpa ngasih tanda-tanda atau lampu sein?", saya balas, sambil nahan emosi.
Si Ojol : "Ini kan jalan umum. Emang gak boleh mendahului?"
Saya : "Eh, benar kata kamu. Ini memang jalan umum. Tapi tetap harus ada sopan santun dan tertib berlalu lintas. Di situ saja yang ugal-ugalan. Saya hampir jatuh gara-gara kamu main motong jalur.."
Si Ojol : "Tapi saya kan gak sampai nyenggol motormu. Gak kan?", dia berusaha berkilah.
Saya kehabisan kata-kata. Emosi terasa sudah di ubun-ubun. Ini orang harus dikasih pelajaran. Saya lalu meraih handphone di kantong jaket. Siap mengambil video wajah Si Ojol tengil dan kampungan ini.