[caption id="attachment_292114" align="aligncenter" width="654" caption="Tukang bubur dan pelanggannya di pinggir jalan sebuah komplek perumahan di Bekasi (foto: Nur Terbit)"][/caption] TUKANG BUBUR (KAPAN BISA) NAIK HAJI? Di televisi ada sinetron tetang tukang bubur yang naik haji. Di dunia nyata ada kisah tukang bubur yang tak bisa naik haji. Kejadiannya di suatu pagi, tentang penjual bubur ayam di komplek perumahan mewah di Bekasi. Tiba-tiba seorang petugas keamanan komplek menghentikan motornya di samping gerobak tukang bubur. Mesin motor tetap dihidupkan. "Bungkusin buburnya satu Bang untuk sarapan pagi saya," kata si petugas. "Wah maaf pak, buburnya sudah habis," jawab tukang bubur. Seperti kesal, si petugas memainkan gas motornya. Motor yang meraung-raung itu, seolah ingin menerjang gerobak bubur, tapi tertahan oleh rem yang dimainkan secara bergantian dengan pedal gas. "Kalau begitu, mentahnya aja deh bang, untuk beli rokok," kata si petugas. Si tukang bubur pun, seperti sudah terbiasa, lalu menyodorkan lembaran uang kertas Rp 5000. Lebih murah Rp 2000 dari harga semangkuk bubur ayam. Selanjutnya si petugas keamanan yang tengik itu, berlalu sambil memacu kencang motornya. "Kelakuan mereka sudah lama begitu pak. Ini sih masih mending cuma minta dibungkusin bubur ayam, tapi karena buburnya sudah habis, dia minta mentahnya saja. Biasanya mereka datang 3 sampai 4 orang, dan semuanya minta dibungkusin bubur, semua gratiss....," kata tukang bubur. Saya lalu teringat cerita si tukang bubur yang naik haji, di sinetron televisi. Di perumahan tadi, si tukang bubur bakal lama jika berniat naik haji. Selain quota haji memang terbatas, ya duitnya "dikompas" terus sama petugas keamanan. Tragis... Salam, Nur Terbit www.nurterbit.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H