Lihat ke Halaman Asli

Nur Terbit

Pers, Lawyer, Author, Blogger

Asia Wisata "Bongkar" Rahasia Sukses Bisnis Biro Perjalanan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416098086414528884

[caption id="attachment_335708" align="aligncenter" width="490" caption="Raynold J. Surbakti, dari pemain sinetro beralih ke usaha franchise travel agent yang sukses (foto repro / Nur Terbit)"][/caption]

Bisnis biro perjalanan (travel biro) saat ini lagi booming dan mulai dilirik banyak orang. Usaha penjualan berbagai jenis tiket (ticketing) dan akomodasi perjalanan wisata, ziara maupun umroh ini, tumbuh semarak di mana-mana bak cendawan di musim hujan. Usaha ini sangat menjanjikan keuntungan jika ditekuni, karena itu banyak yang tertarik termasuk artis dan masyarakat biasa. Mulai usaha paket wisata, voucher hotel, rental mobil, haji dan umroh serta payment channel.

Hal ini terungkap dalam acara Gebyar HUT ke-4 Biro Perjalanan Asia Wisata bertema “Membongkar Kesuksesan Bisnis Asia Wisata”, Sabtu (15/11-2014) di MTH Square, Jakarta.  Acara yang dikemas seperti talkshow ini, tampil berbicara Direktur Asia Wisata Yanurmal Rais, Pengelola Asia Wisata Novia Syahidah, Raynold J Surbakti (mantan artis yang jadi pebisnis) dan Tri Raharjo (pengamat franchise) dihadiri agen, peminat bisnis travel. Di akhir acara dengan MC Muchlis Anwar ini, diumumkan pemenang lomba menulis wisata bagi komunitas blogger dengan hadiah uang tunai dan voucher umroh.

“Kontribusi dari bidang usaha wisata dan tour ini luar biasa. Di Indonesia saat ini lagi booming. Usaha ini cukup menarik perhatian kalangan dunia usaha, termasuk masyarakat luas karena sama menariknya dengan dunia tenaga kerja. Hal ini terkait semakin mudahnya orang melakukan perjalanan darat maupun udara, munculnya obyek wisata baru, termasuk minat melakukan perjalanan umroh di tengah sulitnya mendapatkan quota haji, ” kata Yanurmal, pria kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat ini.

Yanurmal kemudian “membongkar” rahasia keberhasilan dari usaha biro perjalanan Asia Wisata yang dibangunnya dengan susah payah dan mulai memperlihatkan hasil dalam empat tahun terakhir ini.  “Orang kalau sudah sukses, apalagi tentang rahasia dapur perusahaan, biasanya jarang-jarang loh yang mau membongkar rahasianya. Tapi saya berani, silahkan menyontek dengan pola kerja yang saya lakukan,” kata pria yang pernah menjabat sebagai komisaris di sejumlah perusahaan ini.

Asia Wisata dirintis Yanurmal, bermula sebagai travel agen dan sub agen dari travel biro lain bersama mitranya Ibu Mery dari pojok ruangan rumah tinggal. Tiga bulan kemudian, Yanurmal bersama Ibu Mery membeli franchise dari travel agen lain. Semula hanya menempati sebuah kios di pojok Pasar Ciplak, Cipinang, Jakarta Timur. Dalam tiga bulan, usaha ini  sudah bisa break event point (BEP) alias sudah balik modal. Lalu dalam waktu 5 bulan sudah bisa menikmati keuntungan.

Dalam perkembangannya, Asia Wisata lalu melirik celah usaha perjalanan umroh yang sudah lama dirintis, namun diupayakan lebih fokus karena saat ini mulai banyak diminati masyarakat, sebagai dampak dari susahnya memperoleh quota haji.  Yanurmal lalu mendirikan divisi baru yang mulai diluncurkan tahun 2015 dengan program khusus umroh bernama “Khalifah Hajj”. Hingga Desember 2014 ini sudah full sheet, full book alias sudah penuh terisi.

“Pasar di usaha perjalanan umroh ini sangat potensial dan menjanjikan. Ada 200 juta lebih penduduk Muslim di Indonesia. Kalau misalnya ada 10 persen saja yang umroh berarti ada 20 juta. Nah kalau dari 20 juta itu kita incar 10 persen ada 2 juta calon pelanggan yang bisa kita dapatkan. Ini juga peluang bagi masyarakat yang baru mulai usaha travel secara perorangan, bisa dimulai dari lingkungan keluarga, pertemanan, relasi kantor dan lain-lain, “ kata Yanurmal.

Berbagi Pengalaman

Selain Yanurmal, tampil juga Raynold J Surbakti dan Tri Raharjo berbagi pengalaman. Raynold yang sebelumnya adalah karyawan hotel, mantan pegawai asuransi, pemain sinetron, kemudian beralihprofesi jadi pebisnis travel biro yang sukses. Ia kemudian didaulat menjadi “Brand Ambassador Asia Wisata”.

Menurut penuturan Raynold, ada saatnya seseorang harus berani memilih sikap sebab hidup itu adalah pilihan. Ia kemudian rela meninggalkan profesinya sebagai artis pemain sinetron yang berpenghasilan Rp500 ribu untuk setiap epiode, melupakan gaji tetapnya sebagai karyawan hotel bergaji Rp2,4 juta itu.

“Saya mengambil sikap meninggalkan dunia sinetron, karena saya mulai tahu diri bahwa ada masanya kejayaan dan kesuksesan seorang artis akan redup. Lalu saya nekat beralih mengurus usaha travel biro yang diilhami oleh kesulitan ibu saya mendapatkan tiket pesawat dan kamar hotel. Ibu saya seorang tokoh agama yang karena tugasnya, harus berpindah-pindah tempat, kota bahkan negara itu,” kata Raynold.

Sementara Tri Raharjo Raharjo sebagai pengamat franchise, lebih banyak memberikan motivasi bagaimana menjalani  usaha franchise. Mantan wartawan ini bercerita soal pengalamannya “jatuh-bangun” dalam membuka usaha penerbitan majalah, tabloid, online yang kemudian sukses menemukan bentuk dan pasar yang sesuai keinginan pelanggannya.

Tri Raharjo kemudian secara teori ikut “membongkar” apa saja keunggulan usaha franchise, cara apa saja yang perlu dipersiapkan untuk usaha penjualan tiket, bagaimana menjual dan beriklan secara efektif melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Smartphone, Black Berry atau Android.

“Jadi mulai sekarang ubahlah kebiasaan Anda. Misalnya selama ini hanya curhat di facebook, lebay, alay, ganti dengan ‘menjual diri’ dengan menawarkan usaha penjualan tiket. Ini penting. Karena salah satu ilmu pemasaran itu, adalah bagaimana kita menjual diri dalam arti positif, bukan menjual diri dalam konotasi negatif hehehe….”.

Sejumlah agen, sub agen dari mitra usaha Asia Wisata juga diberikan kesempatan berbagi pengalaman. Misalnya Ibu Ruri Triana dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang beromzet Rp1,2 miliar dari usaha travel biro yang dirintisnya dari bawah. “Saya ini pegawai PNS, biar pun saya di atas becak, saya masih melayani pelanggan saya yang mesan tiket, hehehe..”, katanya dalam logat Makassar yang masih kental. Begitu juga Situmeang, seorang pengusaha dari Sleman,  Jogyakarta yang mengaku sudah beromzet sampai Rp2 miliar. Kaum urban dari Sumatera Utara ini berhasil mengelola usaha biro perjalanannya setelah bergabung dengan Asia Wisata (NurTerbit)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline