[caption id="attachment_349157" align="aligncenter" width="490" caption="Saat diskusi berlangsung (foto: Dian Kelana)"][/caption]
AWALNYA hanya kumpul-kumpul reunian sambil diskusi di Warung Solo, Joglo Kemang, Jalan Madrasah, Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Selain kangen-kangenan di antara para alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, mereka juga memperbincangkan sejumlah topik hangat yang terjadi di negeri ini.
Dari sinilah kemudian jadi cikal bakal terbentuknya Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia (FIS-UI). Ada kata “FIS” dan “Untuk Indonesia” yang jika disingkat akan terlihat ada sejumlah deretan huruf “FIS” dan “UI” yang memberi kesan bahwa mereka berasal dari satu almamater: FISIP UI.
“Ya, karena sering kumpul di Warung Solo lalu membentuk wadah dengan nama yang disingkat sebagai FIS, semula saya kira ini adalah ‘Forum Intelektual Solo’. Apalagi tema diskusi yang dipilih kita hari ini adalah ‘100 Hari Pemerintahan Jokowi - JK’ yang kita tahu bahwa presiden Jokowi berasal dari Solo, wah ini pasti ‘Forum Intelektual Solo’ hahaha.......,” canda Mohamad Khudori dari lembaga survei Indo Barometer, yang juga anggota FIS UI sekaligus alumni FISIP UI itu.
Dari satu diskusi kemudian beranjak ke diskusi lainnya sejak tahun 2013, lalu para alumni ini kemudian bersatu membentuk wadah yang mereka namakan FIS UI. Karena itu untuk depan, menurut Asri Hadi yang ditunjuk sebagai ketua forum, dari diskusi dan kajian ilmiah ini nantinya akan dibentuk semacam divisi penerbitan buku. Juga penelitian bekerja sama dengan pemerintah bermodal nama baik dari para alumni FISIP UI.
“Ya kita ini cuma bermodal nama baik, modal lain adalah intelektual, jadi sifatnya lebih kepada pemikiran untuk masukan kepada pemerintah. Jadi bukan sebuah forum yang mengkoordinir massa lalu turun demo ke jalan,” kata Drs H Asri Hadi, Msi, Ketua Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia (FIS UI).
Asri Hadi yang alumni FISIP UI angkatan tahun 1978 ini, sehari-hari bekerja selain sebagai staf pengajar di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat dan IPDN Cilandak, Jakarta Selatan, juga menjadi dosen tamu di Sesko AL. Materi kuliah yang diberikan di IPDN antara lain soal penanggulangan korupsi, kebijakan publik, dan kepemimpinan di pemerintahan Indonesia.
Kegiatannya yang lain, Asri Hadi juga aktivis penanggulangan bahaya narkoba. Di masa pemerintahan SBY, tenaga dan pemikiran Asri Hadi juga diminta membantu Riyas Rasyid, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) dalam mengevaluasi kecamatan di Indonesia.
[caption id="attachment_349159" align="aligncenter" width="490" caption="Asri Hadi, Ketua FIS UI (foto: Dian Kelana)"]
[/caption]
Wadah Alternatif
Menurut Asri Hadi, forum FIS UI ini diharapkan sebagai wadah alternatif yang secara konsisten dapat memberi masukan positif dan semangat membangun negeri ini melalui pemikiran intelektual dari para alumni FISIP UI yang tergabung dalam forum tersebut.
“Itu sebabnya kami terbuka bagi siapa saja untuk bekerja sama dengan segala lapisan masyarakat maupun institusi pemerintah,” kata Asri Hadi yang akrab disapa Bang Buyung ini, panggilan khas orang Minang.
Bukan kebetulan, kalau sejumlah alumni FISIP UI yang juga anggota forum FIS UI ini, dipercaya duduk di Kabinet Indonesia Hebat (KIH) dalam pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla. Antara lain Andrianus Chaniago (Kepala Bappenas), Puan Maharani (Menko Pembangunan dan Kebudayaan), Andi Wijayanto (Sekertaris Kabinet).
“Masuknya ketiga anggota forum dan alumni tersebut, semakin memacu kami untuk memberikan masukan. Baik diminta atau tidak,” tambah dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ini pada acara launching forum ini Kamis, 29 Januari2015 lalu di Warung Solo, Jeruk Purut, Kemang, Jakarta Selatan.
Dari wadah ini diharapkan agar bersatu dan tidak terkotak-kotak. Tujuannya sederhana saja, ingin mewariskan kepada generasi muda dan anak cucu. Sebab untuk membangun Indonesia tidak bisa dilakukan dengan berjalan sendiri, tapi harus bergandengan tangan.
SeSebelumnya sudah menggelar sejumlah kegiatan berupa seminar. Antara lain : 1. Seminar mengenai seputar pemilihan presiden perempuan dalam memperingati Hari Ibu. 2. Siapa pemimpin plural yang bisa diterima di semua pihak, digelar di Glodok, Jakarta Barat. 3. Fenomena Jokowi Pilihan Rakyat, yang diadakan di rumah Muryati Soedibyo.
Pada acara launching FIS UI yang digelar Kamis, 29 Januari2015 lalu di Warung Solo, Jeruk Purut, Kemang, Jakarta Selatan, forum ini mengangkat tema diskusi “100 Hari Pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla”. Diskusi ini mencoba menggali pendapat dari sisi pandangan mass media dan masyarakat, dengan menghadirkan tokoh media dan intelektual dari kalangan perguruan tinggi.
Para pembicara yang hadir antara lain Ikra Nusa Bakti (UI), Muh Khodari (Indo Barometer). Sedang dari kalangan media terdapat nama Budianto Sambazi (Kompas), Nurjaman (SCTV/Indosiar). Dijadwalkan juga hadir Karni Ilyas (TvOne), Syaiful Hadi (Antara), Bambang Harimurti (TEMPO) namun tidak bisa hadir.
Nampak hadir pula di antara peserta dan undangan diskusi, Yudi Kristianto (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/PAN-RB), Prof Thamrin Amal Tumagola, Sugeng Suparwoto (Partai Nasdem) dan sejumlah mahasiswa dan alumni FISIP UI dan perguruan tinggi lainnya.
Bagaimana penilaian “100 Hari Pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla” di mata para alumni FISIP UI? Akan saya tulis tersendiri dari hasil diskusi mereka. Tunggulah hehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H