Lihat ke Halaman Asli

Teu Sohor, Dang!

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dulu sekali, ayah dari kakekku yang kebetulan sekali beliau adalah seorang tentara yang tidak turut ‘hijrah’ ke Jogjakarta karena konsekuensi dari perjanjian antara Belanda dan Indonesia yang hasilnya antara lain, Indonesia hanya tinggal Jogjakarta saja. Memberikan aku sebuah‘tuntunan’ dalam menjalani hidup pada masa ‘perjuangan’.

Hidup ini mesti matang dalam bertindak dan berfikir, saat musuh memperlihatkan sesuatu yang seolah punya mereka. Sebenarnya mungkin bukanlah begitu kebanarannya. Saat musuh memperlihatkan keberaniannya, sebenarnya mungkin saja itu bukan keberaniannya. Saat musuh menunjukkan kebaikannya, maka balaslah kebaikan itu dengan tulus dan waspada.

Hidup adalah penyegeraan dalam memilih kejayaan. Kejayaan datang dalam masa yang terkadang tak akan kita bisa rencanakan, perencanaan hanya pada masalah teknis dan pelaksanaan. Adapun hasilnya adalah waktu yang akan memberikan penekanan untuk itu.

Hidup adalah perjuangan yang tak berujung. Ujungnya perjuangan adalah saat dimana pintu kejayaan tertutup dalam-dalam pada benak manusia. Ujungnya perjuangan saat manusia tak punya lagi keberanian dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Dan musuh manusia terbesar adalah dirinya sendiri.

Pecundang adalah saat dimana manusia membutuhkan dirinya, ia bergegas menjadikan dirinya tak berguna untuk orang lain, walau dalam keadaan mampu untuk bermanfaat. Pecundang adalah manusia yang hidup berlebihan diantara kekurangan saudara-saudaranya. Saat kelebihan itu menjadi tontonan saudara-saudaranya yang kekurangan maka saat itulah dia menjadi pecundang. Saat penyakit ‘wahn’ menguasai dirinya maka saat itu juga dia boleh dipanggil pecundang.

Di penghuung kalimat beliau memberikan penekanan berarti dalam bahasa yang sangat ku mengerti “Saat saudaramu membutuhkan kemudahan bagimu, lalu engkau persulit mereka dengan mereka-reka cara, TEU SOHOR, DANG! SAKALI DEUI TEU SOHOR!, Wallahu a’lam.

Semoga Allah, Tuhan Semesta Alam. Menjaga manusia dalam suka dan dukanya, tidur dan jaganya, sehat dan sakitnya, benar dan salahnya, serta ruku dan sujudnya. Walhamdulillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline