Lihat ke Halaman Asli

Kutang dan Kaleng Susu

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13907429561053549898

Dahulu sawah ini sejauh pandang mata Kini hanya sejauh lemparan batu Pada tiang-tiang bambu kubentangkan tali Tali kutang istri yang dibuang para suami karena pergi menjadi babu diluar negeri . Dipelosok kampung berserakan kaleng susu formula Bekas minum anak-anak yang tak pernah menetek emaknya Kupunguti lalu kuisi kelereng dan batu kugantungkan pada bentangan tali kutang itu Ku harap hama burung enyah berlalu Bunyi keras dari kaleng Semoga tegas menempeleng Kibar dan guncangan kutang Semoga membuat tunggang langgang . Pada senja yang tinggal sejengkal Ketika lamur mataku kian menjadi Kupandangi mangkuk penyangga dada itu Sepertisedang dipatuki sekerumunan burung “hobbbaaaa..hobbaaaaa” teriakku Sambil kuguncang tiang-tiang bambu Entah kenapa mereka tak juga bergeming Seakan kacamata hitam semakin dekat menghampir . Ah ternyata, nyaris saja cukong dan tauke itu Ku lempar dengan batu Mereka datang hendak mengijon padiku Tawaran yang sulit kutepis Seiring saku mulai menipis Susu formula anakku pun sudah hampir habis . Kini aku hanya bisa cemas memandang Asa kugantung bersama bentangan kutang Semoga pemiliknya lekas pulang Membawa sekeranjang uang Atau burung-burung itu Hinggap mematuki kepalaku

.

.

(buitenzorg,nashif,26-01-14)

ilustrasi: www.kidnesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline