Perbincangan tentang ekstrakurikuler pramuka tiba-tiba menjadi ramai, hal ini diawali oleh kabar dicabutnya status ekstrakurikuler Pramuka dari ekstrakurkuler wajib pada kurikulum sebelumnya, kini menjadi tidak wajib pada implemntasi kurikulum merdeka yang baru saja di launchng pada tanggal 27 Maret 2024 oleh menteri pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi. pro kontra pun terjadi, namun tulisan ini tidak akan membahas tertang apakah kita harus di posisi yang pro ? atau sebaliknya memilih di posisi yang menolak pencabutan ekstrakurikuler pramuka dari wajib menjadi tidak wajib ?.
Mari kita bahas dari sisi yang lebih substantif dari sekedar diwajibkan atau tidak, karena sesunggunya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah terlepas dari diwajibkan atau tidak akan kembali lagi kepada pihak sekolah seperti apa memperlakukannya. kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bisa eksis atau tidak, dapat berdampak atau tidak akan sangat bergantung pada seberapa besar pihak sekolah memberikan porsi perhatian padanya. Bisa jadi ekstrakurikuler yang tidak diwajibkanpun akan menjadi besar jika difasilitasi di sekolah sarana prasarana dan infrastrukturnya, serta menjadi pilihan murid di sekolah tersebut.
Mari kita lihat keberadaan ekstrakurikuler pramuka yang selama ini sudah dianggap jadi ekstrakurkuler wajib di sekolah, apakah sudah semua sekolah memberikan perhatian serius pada kegaitan pramuka di sekolah ? terlebih ini adalah ekstrakurikuler yang diwajibkan. Apakah semua siswa terlah mengikutinya tanpa kecuali ? atau masih saja hanya dilaksanakan oleh siswa-siswa tertentu saja yang memilihnya ?
Jika pramuka adalah ekstrakurikuler wajib, maka seharusnyalah semua siswa menjadi anggotanya dan aktif mengikuti kegiatannya. Namun fakta di lapangan, geliat kegiatan pramuka ini masih belum terjadi sepanjang waktu, bahkan masih terkesan kegiatan insidental yang geliatnya baru sangat tampak jika mendekati bulan Agustus, karena menjelang hari lahirnya pramuka yang sering diperingati dengan kegiatan perkemahan. sementara setelah selesai perkemahan sebagian sekolah sudah tak teralu tampak lagi kegiatan kepramukaannya, selain siswa menggunakan pakaian seragam pramukanya di hari jumat atau sabtu, atau di setiap tanggal 14 jika di jawa barat. Padahal jika ini adalah kegiatan wajib, maka sekolah sudah seharusnyalah memberikan porsi perhatian yang lebih, menyediakan sarana prasarananya, program terstruktur dan terencana serta beragam agenda rutin kegiatan kepramukaan yang harus tampak di sepanjang waktu di sekolah, serta diikuti oleh seluruh siswa.
Dari sini kita dapat menyimpulkan, bahwa wajib tidaknya ekstrakurikuler pramuka di sekolah tidak akan terlalu memberikan dampak signifikan pada eksistensi pramuka itu sendiri, selama peran dan keberpihakan sekolah pada pramuka itu sendiri tidak menunjukan keberpihakna dan keseriusan dalam mengimplemntasikannya.
Penulis : Dadan Hermawan, M.Pd.
Kepala SDN Pelita Karya Jalancagak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H