Lihat ke Halaman Asli

Dadang Gusyana

Regional Agronomist

Mangrove: Penyimpan Karbon Tertinggi

Diperbarui: 27 Desember 2023   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bintan Mangrove Eco System (Dokumen Probadi Dadang Gusyana)

Luar biasa! Sangat senang bisa datang kesini untuk melihat mangrove yang sangat penting bagi kehidupan kita, karena mangrove menyerap lebih banyak karbon bahkan daripada pohon-pohon lain. CIFOR menyebutkan bahwa mangrove merupakan salah satu hutan yang simpanan karbonnya tertinggi di kawasan tropis (nilai rerata contoh: 1.023 Mg C ha-1 88 s.e.m.), dan sangat tinggi dibandingkan rerata simpanan karbon di berbagai tipe hutan lainnya di dunia.

Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. Menurut penelitian Fitria dan Dwiyanoto tahun 2021,  potensi hutan mangrove sebagai pengendali dampak pemanasan global sangat besar karena hutan mangrove mampu mengurangi CO2 melalui mekanisme sekuestrasi yaitu penyerapan karbon dari atmosfer dan menyimpannya dalam kompartemen seperti tumbuhan, serasah, dan bahan organik tanah.

Hutan mangrove adalah ekosistem pesisir yang mendukung kehidupan kita dengan mengurangi dampak gelombang dan cuaca ekstrim, melindungi pantai dari abrasi, mencegah abrasi/erosi, mencegah intrusi air laut, menjadi sumber makanan, rumah keanekaragaman hayati, menyaring polutan, dan mendukung mata pencaharian.

Hutan Mangrove Indonesia merupakan kawasan hutan mangrove terluas di dunia, mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove dunia, yaitu 3,36 juta hektar. Diperkirakan terdapat 3,14 miliar ton karbon yang tersimpan di hutan bakau, yang menjadi bagian dari upaya Bangsa Indonesia berkontribusi pada dunia untuk mengurangi gas rumah kaca sesuai komitmen kuat Indonesia yang tercantum dalam untuk NDC, yang diantara dicapai melalui penyerapan karbon di Hutan dan Penggunaan Lahan lainnya (FoLU) pada tahun 2030.

Tetapi ada khawatiran saya setelah membaca hasil penelitian Robin Saputra dkk dari  FKIP UMRAH tahun 2021, diperoleh 3 kelas hasil untuk kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan yaitu: kelas rentan memiliki luas 6508.28 Ha, Kelas sangat rentan memiliki luas 18.1 Ha dan kelas tidak rentan memiliki luas 330.32 Ha. Hasil analisis keseluruhan, kondisi habitat mangrove Pulau Bintan masuk pada kondisi kelas rentan.

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang telah dibentuk dengan Peraturan Presiden, yang memiliki mandat khusus untuk melakukan percepatan rehabilitasi 600.000 hektar ekosistem mangrove. Program rehabilitasi mangrove di Indonesia telah berhasil meningkatkan ekonomi serta ketahanan lingkungan dan sosial masyarakat. Total luas area penanaman mangrove melalui program padat karya ini seluas 17.000 hektare yang tersebar di 34 provinsi pada tahun 2020 dan 83.000 hektar pada tahun 2021.

Atas keberhasilan ini, Pemerintah Indonesia bersama World Bank menggagas Program M4CR (Mangrove for Coastal Resilience) atau Mangrove untuk Ketahanan Pesisir yang meliputi seluruh aspek dari konteks pengembangan kebijakan, hingga rehabilitasi di tingkat lapangan. Total pendanaan program M4CR adalah melaui hibah sebesar sekitar USD 19 juta, dalam tahap pelaksanaan program dan berupa pinjaman sebesar USD 400 juta, yang saat ini dalam proses pencairan. Semoga program ini terus berlanjut di 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline