Hari raya Idul Adha sudah berlalu. Kemarin, sekarang, dan besok masuk ke dalam hari tasyrik. Umat muslim yang saat Idul Adha belum melakukan penyembelihan hewan kurban, bisa melaksanakannya pada hari itu.
Pada H-1 hari raya, saya mendatangi seorang penjual hewan kurban. Namanya Abdillah, usianya sekitar 30an. Sudah beberapa tahun ini, saya selalu memesan hewan kurban kepada beliau.
Mengenal Abdillah sudah lama sekali. Mungkin sudah belasan tahun lalu. Saat itu dia sebagai murid dan saya sebagai gurunya di sekolah. Prestasinya biasa saja, begitu pula kenakalannya. Cuma yang saya ingat dia rajin melaksanakan solat di mesjid. Saat zuhur berjamaah, ia selalu nampak ada di shof terdepan di belakang imam.
Siang itu saya sampai di rumahnya, beberapa orang yang ada di rumah Abdillah, menjawab salam yang saya ucapkan. Beberapa orang itu adalah petugas kandang yang dipekerjakannya. Tak lama Abdillah muncul dari dalam rumah. Ia mengucapkan salam, tangan saya diraih lalu diciumnya bolak-balik
Ia langsung mesilahkan saya untuk memilih hewan Qurban. Ia mengajak belusukan ke dalam beberapa kandang yang memuat puluhan ekor kambing. Kandang kambing pastilah bau, hampir saja saya tak kuat menghirup aroma kotoran yang bercampur dengan air seni hewan-hewan itu. Hampir saja saya muntah, karena tak terbiasa. Jumlah hewan yang banyak, semakin membuat kotoran banyak dan bau. Makanya saya salut kepada pejabat yang rela masuk kedalam got demi elektabilitas. Sementara got pasti lebih bau dari kotoran kambing dan domba.
Abdillah adalah pedagang sukses. Jumlah kambing dan sapi dagangannya amat banyak, di garasi rumahnya terparkir satu unit mobil miliknya. Toyota Calya terparkir manis di garasinya. Tak hanya mobil pribadi, pick-up pengangkut hewan kurban juga ia miliki.
Saat gurunya, dan teman seangkatannya berpengasilan sebesar UMR., Abdilah mampu mencicil kendaraan sebesar nilai UMR. Ia sukses diantara teman-teman sekolah seangkatannya.
Saat bertemu di rumahnya nampak ia begitu menikmati bisnisnya. Keikhlasannya berbisnis, membuat ia nyaman menjalani takdirnya sebagai pebisnis hewan kurban.
Memilih bisnis sebagai jalan hidup membuat penghasilan lebih tinggi dari profesi lain. Semakin fokus menjalankannya, peluang semakin besar akan terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H