Dan terjadi lagi, kali ini insiden meledak dan terbakarnya kilang mainyak Dumai pada 1 April 2023, sekitar pukul 22.45 WIB, yang mengakibatkan korban sebanyak 9 orang. Korban tersebut merupakan pekerja di ruang operator yang terkena pecahan kaca, seluruh korban sudah kembali ke rumah masing-masing setelah mendapatkan perawatan di RS Pertamina Dumai, dalam hal tersebut PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) meminta maaf atas insiden meledak dan terbakarnya Kilang Dumai pada Sabtu malam, Areal Manager Communication, Relations, & CSR Refinery Unit Dumai, Agustiawan, mengatakan setelah berhasil menanggulangi kejadian di area gas compressor, pihaknya beralih ke proses recovery kilang maupun warga.
Hal tersebut dilakukan agar operasional kilang dapat kembali berjalan optimal dan warga terdampak bisa segera beraktivitas. "Kami akan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi di masyarakat," kata Agustiawan melalui keterangannya, Minggu, 2 Maret 2023.
Akibat ledakan tersebut membuat sejumlah rumah warga dan rumah ibadah yang berdekatan dengan TKP meledaknya kilang minyak Dumai tersebut mengalami kerusakan, dan pihak Pertamina berjanji akan menanggulangi hal tersebut.
tapi apakah hanya sebatas itu yang diinginkan masyarakat, masyarakat ingin Pertamina menjamin peristiwa serupa tidak akan terulang, yang menimbulkan trauma kepada masyarakat dan tentunya menimbulkan kerugian negara yang sangat besar, ditengah perekonomian negara yang terlihat sangat lesu di mata masyarakat.
Lagi-lagi faktor safety first yang menjadi masalah ditubuh pertamina, itu hal yang tidak terbantahkan walau dengan penjelasan-penjelasan yang diterangkan kepada masyarakat kadang menghindari kesan tersebut. Media hari ini lebih condong memberi keterangan tentang penanggulangan, keberadaan dan history kilang minyak Dumai tersebut, untuk penyebab nya kita belum begitu mendapat informasi yang jelas dan pasti.
Pertamina harus menginvetalisir berbagai kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini, sebagai perbaikan kedepan agar tidak terjadi, jangan karena ingin menekan biaya oprasional, faktor-faktor keselamatan menjadi sedikit terabaikan yang kemudian malahan menjadi biaya pengeluaran yang merugikan, semisal pekerjaan yang seharusnya ditangani 5 Mandor di pres menjadi 1 mandor saja, dan lain sebagainya
Semangat dengan jargon putra putri anak bangsa terbaik mengambil alih pengelolahan migas dari investasi asing harusla di perbaiki, kita seolah terbuai dengan kata-kata Nasionalis ketika mengambil alihnya akan tetapi pada prakteknya masih diragukan, karena cara kerja yang tidak profesional dan menimbulkan hal-hal yang merugikan, antara lain, SDM yang direkrut selalu mayoritas mengutamakan fresh graduate dan bersertifikat dengan mengabaikan pengalaman orang yang sudah bekerja bertahun-tahun di bidang dan wilayah tersebut.
Kemudian perlu diketahui Pertamina dalam melaksanakan pekerjaannya diberbagai bidang dan wilayah mereka memakai jasa beberapa perusahaan kontraktor pertambangan, menurut pantauan dan wawancara penulis di wilayah Pertamina Blok Rokan Riau, Pertamina Blok Rokan menggunakan beberapa jasa perusahaan-perusahaan milik negara tirai bambu ataupun pekerja dari mereka, hal ini sangat bertolak belakang dengan semangat nasionalisasi saat pengambil alihan ladang minyak Blok Rokan dari Chevron, dimana Chevron memberikan penawaran kepada pemerintah berupa teknologi mutakhir guna meningkatkan produksi minyak, termasuk safety first dan cara produksi yang lebih ramah lingkungan, akan tetapi dengan semangat Nasioanlisasi hal itu tidak diakomodir.
Sekali lagi kita saling mengingatkan akan komitmen safety first yang dikondisikan menjadi habit dilingkungan Pertamina ternyata belum maksimal terlaksanakan.
Sebenarnya kecelakan kerja dengan meledaknya kilang minyak tersebut tidak perlu terjadi bila pihak-pihak di setiap Unit atau Divisi atau sebutan lainnya di Pertamina saling memahami serta melaksanakan safety first dalam setiap melaksanakan pekerjaan, pengawasan dan briefing harus senantiasa dilakukan, training safety first kepada karyawan yang berkesinambungan harus dilakukan, bukan hanya sekedar untuk mendapat sertifikat-sertifikat saja akan tetapi lebih pada kerja nyata, semoga Pertamina kedepan bisa lebih berjaya dalam menciptakan zero accident.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H