Di setiap zaman bisa dipastikan selalu muncul tokoh-tokoh atau figur yang menonjol dalam beragam sikap, kompetensi, dan skillnya. Kemunculannya kadang hanya jadi berita, kadang hanya ramai di media maya, atau kadang menjadi sangat terasakan kehadirannya oleh orang-orang di sekitarnya.
Siapakah mereka? Dialah sang pencerah, sang penggerak, sang inovator, sang motivator, sang eksekutor, sang peneguh peradaban. Lalu di posisi manakah kita bisa mencermati seseorang menjadi pahlawan yang negera Indonesia menetapkan setiap tanggal 10 November sebagai hari pahlawan. Apa esensinya bagi kita merefleksi kepahlawanan. Bukankah telah terjadi pergeseran paradigma dan sudut pandang kepahlawanan, baik secara amelioratif (kepositifan) maupun yang peyoratif (kenegatifan). Bukankah kita sering mendengar ungkapan _pahlawan kesiangan?_ Apa esensi sesungguhnya tentang pahlawan.
Secara sangat dasar, tetapi sangat esensial, bagi saya pahlawan itu karena karakternya (akhlak). Utamanya keberaniannya dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan kondisinya disertai kesiapan sampai keikhlasannya dalam berkorban. Dia sangat paham dan matang lalu memperjuangkan sesuatu ideanya tanpa diembel-embeli dia dapat penghargaan, posisi, jabatan, kekayaan, atau kehormatan tertinggi. Dia sangat sadar dan berani bertindak (dare to act) untuk terus berupaya mengoptimalkan modal dasarnya sebagai hamba/ makhluk Allah (jamalullah) sekaligus sebagai pengelola semesta (kholifah fil ardli), dan rindu untuk selalu mendekat dan kembali ke hadirat Allah (jalalullah). Apa modal dasar insaniah itu. Tidak lain adalah jasadiah, akliah, dan qolbiah. Ketiga modal dasar insaniah (MDI) ini semua bermuara pada akhlak.
Pahlawan dengan kepahlwanannya menyadarkan kita betapa kita dianugerahi sang khalik kelengkapan jasadiah (fisik) yang notabene melahirkan kantung-kantung sandang, pangan, papan. Kelengkapan akliah yang melahirkan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelengkapan qolbiah yang melahirkan kesadaran betapa semua yang terdedah di alam semesta ini adalah ayat-ayat yang bisa membuat manusia merasa naif, kerdil, di hadapan kekuasaan-Nya. Pahlawan adalah mereka, kita, kami, yang mampu mengoptimalkan jasad - akal - qalbi (JAQ) demi pengabdiannya untuk kehidupan dunia, akhirat, dan terjauh dari sentuhan api neraka.
Pahlawan
Jiwa raga
Mewujud laku
O penuhi janji
Ruh-ruhnya tetap hidup
Tak berbatas waktu nyala nyalinya tak redup
Salam pahlawan
Kotakaler, 10/11/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H