Sering terlihat banyak orang berbicara tanpa henti bercerita tentang berbagai hal dakam hidupnya. Ketika berbicara, cerita atau masalah yang disuarakan secara lisan itu lenyap di udara. Hanya beberapa kata yang tersangkut di pikiran pendengar. Jika pendengar suatu ketika akan mengacu pada pembicaraan itu tidak ajan dapat lagi mencarinya di udara.
Alangkah bagusnya jika itu dituliskan. Masalahnya, banyak manusia Indonesia yang segan menulis. Akibatnya, ketika mereka membaca sebuah tulisan mengakami kendala untuk dengan cepat memahaminya. Ada yang meneliti bahwa di kota Jakarta yang menjadi ibu kota negara Indonesia, hanya sekitar 1% orang dewasa yang dapat menafsirkan teks panjang. Apakah ini karena masih memiliki budaya lisan secara kental.
Saya kemarin menghadiri rapat anghota Organisasi Satupena Indonesia. Organisasi ini dipimpin oleh seorang yang visioner yang menginginkan adanya organisasi penulis yang kokoh dan kuat. Beliau adalah Denny JA. Ia berkeinginan para penulis ini meningkat kompetendinya sehingga kegiatan menulis menjadi profesi bagi masyarakat Indonesia.
Alangkah senangnya jika banyak buku yang dapat dibaca setiap waktu dan mencerahkan. Kita akan berubah menjadi bangsa yang berbudaya membaca dan menulis. Semoga di kehidupan mendatang membaca menjadi kebutuhan primer bangsa ini.
Dad Murniah
Ketua Satupena DKI Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H