Lihat ke Halaman Asli

Testimoni Pagi

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi melepuh ...

membunuh sisa - sisa malam yang masih bergantung pada dahan rembulan kusam...

Kicau burung tak terdengar merdu.... Hening....

Sementara awan masih meronta dijejali cerita - cerita perawan yang diculik ganasnya menjangan..

Ugh, secangkir harap kuhirup erat membujur pekat....

Siapa tahu pagi ini aku berjumpa dengan sederetan malaikat yang memberi salam hangat pada jiwaku yang pekat.....

Eitt.... Seraut wajah menyunggingkan senyum diatas lamunanku yang kaku....

Aku tidak tahu, mengapa ia selalu memburu setiap helaan nafasku....

Takdir, ya takdir menjadikanku bertemu dengannya...

Dan takdir pula yang menjatuhkanku pada setiap kisah - kisahnya yang syahdu....

Kali ini ia bercerita tentang kekokohan karang.....

bla....bla......bla......bla..... bla......

Aku tidak tahu apakah aku sedang mendengarkannya, menyimaknya, atau bahkan tak memperdulikaannya....

Karena sedari tadi aku sedang memandangi foto diri yang kian lama tercuri...

Ahhh... sudahlah.....

Karena cinta ini bukan milik siapa....

Dan kaupun tahu apa jawabannya...

Jatilawang, Banyumas

November 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline