Lihat ke Halaman Asli

Isma Maulana Ihsan

Founder BelajarPolitik

Benarkah Kita Serius Mengentaskan Kekerasan Seksual?

Diperbarui: 21 Oktober 2022   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lagi, lagi dan lagi kasus kekerasan seksual datang dan menyapa kehidupan dunia pendidikan tanah air. Bak hujan yang sering datang akhir-akhir ini, penanganan kasus kekerasan seksual pun seolah-olah berhenti begitu saja. Kita melihat bagaimana seolah-olah tidak ada keseriusan dari para mereka yang menangani kasus kekerasan seksual ini.

Gembar-gembor pemberitaan di media sosial senyatanya hanya berhenti pada tataran mencaci dan memaki pelaku seksual selama beberapa hari sebagai bentuk sanksi sosial yang diberikan. Tetapi, setelah itu? pemberitaan mengenai kelanjutan penanganan kasus seolah-olah seperti menghilang begitu saja.

Saya, tak heran sebenarnya dengan fenomena begini. Dari dahulu hingga kini dan mungkin sampai kapan pun akan terus berputar seperti lingkaran setan. Para penyintas tidak mendapat keadilan yang diinginkannya. Saya mengenal salah seorang korban KS dari salah satu kampus 'Islam' yang katanya terbaik. Namun, entah kenapa akhir-akhir ini media sosialnya seolah-olah menghilang; dulu beliau ini sering masih bersuara menyuarakan keadilan yang direnggut darinya karena pelaku KS yang juga seorang ketua organisasi ekstra tidak mendapat hukuman sebagaimana kebejatannya.

Ia sering mengupload bukti-bukti yang mempertegas bahwa ia diperlakukan secara tidak manusiawi oleh seseorang yang katanya berjuang untuk kebaikan. Terakhir, saya juga melihat masih di kampus yang sama kasus kekerasan seksual terjadi, kali ini dilakukan oleh seorang Maba (Mahasiswa Baru) kabar baiknya dia telah mengakui perbuatan tersebut, dan katanya juga telah keluar karena sadar diri perbuatannya telah membuat marwah kampus tercoreng.

Kabar buruknya, lantas bagaimana penanganan selanjutnya? bukankah trauma korban mungkin akan permanen sampai tua atau sampai mati nanti? apakah hanya dengan keluar atau mendapat sanksi sosial pelaku KS dengan serta merta dirasa cukup untuk tidak mendapat perlakuan yang lebih 'sadis' sesuai dengan perilaku bejatnya?

Ah, saya melihat postingan Instagram yang mengupload poto si pelaku pun banyak warganet yang berkata, "Aduh jangan di upload gini dong, malu-maluin kampus" dan banyak komentar serupa yang justru, bagi saya sendiri kok masih ada yak manusia yang masih memikirkan kehormatan kampus ketika ada kehormatan perempuan yang dilecehkan?

Saya selalu ingin melihat di mana insitusi pendidikan tidak takut membongkar segala sesuatu yang non-humanis karena bagi saya tugas seorang intelektual bukan hanya memberikan ceramah yang bernilai pengetahuan melainkan dengan pengetahuan tersebut mereka bertindak dan berperilaku

Kasus kekerasan seksual bagi saya merupakan bentuk penghinaan terhadap kemanusiaan. Mereka yang melakukan kekerasan ini, harusnya bukan hanya dicaci maki di media sosial, disanksi sosial dan atau serupanya. Melainkan, mereka harus mendapat sanksi yang lebih berat; kebiri misalnya atau sesuatu yang mungkin dapat lebih menjeratkan perilaku gila dari seorang binatang tanpa akal yang menyerupai manusia ini.

Terakhir, saya ingin mengajak kepada para aktifis anti kekerasan seksual, benarkah sampeyan-sampeyan ini serius dan konsisten untuk menegakkan keadilan korban? kalau memang iya, alangkah lebih baiknya jika segala persoalan tidak selesai hanya dengan secara kekeluargaan. Meskipun, barangkali itu juga yang menjadi permintaan korban tetapi hemat saya, alangkah lebih bijaknya jika kasus berlanjut sampai si pelaku tidak betah hidup (secara sarkasnya begitu, tetapi tidak mungkin saya merekomendasikan ini) dengan terpenuhinya keadilan korban dan bikin takut banyak orang untuk melakukan kekerasan seksual pun adalah salah satu tujuan paling baik yang harus ditegakan oleh mereka yang mengaku aktifis anti kekerasan seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline