Lihat ke Halaman Asli

Anton Da Karola

| tukang foto | tukang kliping

Palembang-Pagaralam Mendadak Bermotor, Worth It?

Diperbarui: 30 Desember 2023   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi.

Awal Oktober, dikabari rencana pernikahan salah satu cicik (bibi) paling bungsu dari keluarga besar mama di Jarai (arah ke Pagaralam) saat dibesuk keluarga karena kecelakaan. Meski saya mengabari bahwa kami baik-baik saja, tetapi banyak yang sulit percaya, karena kecelakaan itu terekam CCTV. 

Kami empat beranak ditabrak motor matic berkecepatan tinggi di Jalan Soekarno-Hatta. Istri dan yang sulung terpental ke belakang, saya dan si bungsu terseret bersama motor. Saat itu kami hendak ke salah satu Ponpes di Pakjo, masih pagi dan suasana agak berkabut karena asap kemarau. Jalur itu biasanya ramai oleh truk dan kendaraan besar.

Meski sempat dibawa ke IGD, si bungsu yang tergeletak di aspal seperti pingsan ternyata tidak mengalami luka serius, hanya saya yang paling banyak mengalami luka-luka.

Hingga akhir November, saya belum juga membeli tiket Kereta Api. Satu-satunya transportasi paling worth it dari Palembang tujuan ke arah sebelum Pagaralam. karena harga karcis hanya Rp29.000 saja. Masih sekitar dua jam lagi dari Kabupaten Lahat tanpa KA.

4 Desember 2023, Tiket KA Libur Nataru Ludes, tulis harian Tribun Sumsel. Saya sudah tak biasa lagi naik bis atau travel, beberapa anak ketularan tak mau naik angkutan mobil bila mudik, khawatir mabuk darat. Seminggu jelang hari H, tiket bis sudah habis. Itu pun saya kaget karena harganya sudah mencapai Rp 135.000 (saking lamanya tak naik kendaraan umum).

Terpaksa, saya sendirian berangkat. Hanya satu anak yang bisa ikut, itu pun menumpang mobil teman sekelasnya yang satu arah dan satu tujuan (karena orang tuanya bibi saya juga).

Kondisi motor yang mulai butut, ditambah kecelakaan kemarin membuat keluarga dan rekan yang saya beri kabar, keberatan dengan rencana saya, termasuk istri, "...silakan pergi sendiri!" pungkasnya.

Jumat (22 Desember)

Hanya satu setel pakaian dan baju di badan, satu tas berisi perlengkapan yang saya persiapkan semalam. Itu pun ada yang mubazir tak terpakai.

Pukul 09.25 usai mengantar anak, saya langsung berangkat. Cuaca mendung dan terlalu terlambat dari rencana pukul 06.00 

Pukul 10.34 tiba di Universitas Sriwijaya, meski cuaca sempat panas, ternyata hujan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline