Lihat ke Halaman Asli

Anton Da Karola

| tukang foto | tukang kliping

Penyesalan dari Kompas Gramedia Fair

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146647" align="alignleft" width="300" caption="Peserta Klinik Fotografi Kompas"][/caption] Sayang sekali saya baru mengetahui acara ini pada Kamis, sehari setelah pembukaan (Rabu, 28/4) di Hotel Aryaduta Palembang. Sering saya mengikuti agenda yang diadakan suatu komunitas tapi biasa-biasa saja, tapi wajar karena diadakan dengan biaya terbatas. Berbeda dengan rangkaian acara Kompas Gramedia Fair ini yang eksklusif, banyak bingkisannya dan gratis pula. Ada banyak agenda kegiatan yang saya lewatkan padahal sangat penting seperti seminar pendidikan dan talkshow buku DNA Sukses Mulia. Padahal saya masih sempat untuk mengikuti dan sudah diingatkan melalui SMS, tetapi karena terlalu asyik online sambil nonton pertandingan Sriwijaya FC versus Persiwa (Minggu, 2/5) jadi telat berangkat. Lagi pula kupikir sudah terlalu banyak acara dan buku-buku motivasi yang mirip. Sampai di lokasi hanya sempat motret rekan-rekan sekantor yang hadir dan foto bareng disana. Agenda sebelumnya yang bisa saya ikuti adalah Kompasiana Nangkring Di Palembang (Kamis, 29/4), seminar Mengelola Perpustakaan (Jumat, 30/4), serta klinik fotografi malam harinya. Melalui Harpani, akhirnya saya mendaftar kopi darat bersama para blogger di Kompasiana, bahkan rekan sekantor yang ikut seperti Mbak Dessi dan Reni, turut mendaftarkan keluarganya, ya kakaknya atau adiknya. Nah, entah kebiasaan atau kebetulan rupanya banyak sekali acara-acara yang berdekatan bahkan berbarengan harinya termasuk Mukhayam ke Pagaralam. Mana saya diminta sebagai fotografer untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut. Terpaksa harus memilih salah satu agenda... Sore hari sebelum acara, langit Palembang sudah sangat mendung. Saya sempat menemui anak-anak yang akan berangkat ke Pagaralam sebelum akhirnya kehujanan ketika sampai di Masjid Al Fatah dekat Palembang Square. Ada dua kubu besar yang hadir yaitu komunitas Blogger Wong Kito dan staf Dompet Sosial Insan Mulia. Acara ini memang benar-benar santai (walau duduk di depan, saya mengikuti sambil makan nasi pemberian panitia) berbeda dengan beberapa peserta yang merasa kecewa karena ekspektasi yang terlalu gimana gitu... Rangkaian acara Di kantor sebenarnya saya ditugaskan untuk menyusun majalah dan buku yang ada sehingga menjadi perpustakaan. Maka saya coba mengikuti seminar mengelola perpustakaan bareng Ani, staf Layanan Masyarakat & Pengembangan Insani dan Indah yang batal ikut klinik fotografi. Ternyata membangun perpustakaan bukan pekerjaan sambilan tapi harus dikerjakan secara profesional. Jadi, dengan begitu dijamin deh, nggak ada yang bakal berani minjem lagi atau lupa balikin buku-buku kamu :-p Buku-buku yang saya beli pun bisa dihitung (karena belinya patungan juga) parodi cover novel Maryamah Kasparov - Andrea Hirata yang jadi Maryam Mah Kapok - Asma Nadia, dkk. saya beli bareng Yeyen. Negeri 5 Menara - A. Fuadi dibeli karena rekomendasi Baiti serta tiga majalah Foto Video yang salah satunya berisi tentang perjalanan wisata ke Belitung, tapi sayang sekali covernya agak parah karena memajang cewek yang cuma pake pakaian mirip telasan/ basahan buat mandi (kok mau ya, di foto seperti itu?) mending kalo bagus... Dunia fotografi memang nggak jauh-jauh dari model cewek yang seksi, coba deh, cari fotomodel akhwat yang berjilbab lebar, panjang dan rapi, kalo ada biar saya jadiin istri. Klinik fotografi yang diisi oleh Mas Wisnu fotografer halaman metropolitan di harian Kompas, sedikit banyak pengalamannya lumayan samalah dengan saya. Dia menampilkan foto-foto karyanya sambil menjelaskan pengalaman memotretnya di lapangan secara simultan. Kalo kulihat sih, banyak juga peserta yang hadir adalah awam, amatiran atau sekedar menyukai foto-foto bagus tanpa tahu usaha yang dilakukan sang fotografer untuk memperoleh foto tersebut. Agaknya aku juga yakin kalo peserta yang jarang baca harian Kompas dan sedikit tau teknik fotografi bisa nyambung dengan acara ini. Tapi kalo yang hadir terlalu paham juga bisa bikin bosan, karena pengalaman yang ada tidak jauh berbeda. Jadi sayang sekali kalau melewatkan acara-acara yang belum tentu setahun dua kali ini. Apalagi melewatkan souvenir yang diberikan oleh panitia atau stand yang meramaikan acara. Lha, saya yang kelupaan menukarkan kupon dari Sriwijaya Post aja masih mau balik lagi kok...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline