Batang, 29-Juli-2024. Mahasiswa KKN Moderasi Beragama Uin Walisongo Semarang berkunjung kepada pemuka umat kristiani yang ada di desa tersono yakni Pendeta Jefri. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah relasi dan pengetahuan bagi peserta KKN Moderasi Beragama tentang pengetahuan dan sejarah tentang agama lain yakni selain agam islam.
Pada kesempatan tersebut, para peserta KKN berjalan menuju kediaman pendeta jefri yang tak jauh dari letak posko tersendiri, dengan adanya kunjungan saat itu pendeta jefri kebetulan masih berada dirumahnya sehingga bisa memberikan pengetahuan serta ilmu yang dimiliki oleh beliau yang kemudian ilmu tersebut diberikan kepada mahasiswa KKN Moderasi Beragama Uin Walisongo Semarang.
Pada kesempatan tersebut, pendeta jefri menyebutkan "kita tidak bisa menjudge seseorang hanya dalam satu sisi saja, kita harus mengetahui latar orang tersebut seperti apa,karakter orang tersebut,sifat orang tersebut,watak orang tersebut seperti apa, kita tidak bisa menilai seseorang cuma hanya dari omongan orang lain." tuturnya.
Pendeta Jefri juga menyebutkan,"Generasi yang anda semua jalani sekarang merupakan persiapan untuk menuju generasi emas,karena apa generasi emas akan dipegang oleh anak muda-anak muda bangsa yang kreatif dan genius,namun dalam mempersipakan generasi emas tersebut tentunya tidak sertamerta memiliki jalan yang mulus,jika kalian tahu peristiwa yang sedang terjadi saat ini dan sering menjadi pembahasan tingkat dunia yaitu tentang Genosida Palestina. Bagi oknum yang tidak bertanggung jawab, mereka menyebutkan bahwasanya peristiwa tersebut didasari atas perbedaan kepercayaan yang memanas, setelah mengadu domba tentang permasalahan agama, mereka para oknum yang tidak bertanggung jawab saling mengkaitkan peristiwa tersebut dengan agama, hal ini justru tidak dibenarkan." ungkapnya
Pendeta Jefri menambahkan, " maka dari itu, kalian semua yang berada di hadapan saya, saya harap agar bisa menjaga keharmonisa agama antara umat satu dengan yang lain, perbedaan pedoman agama memang menjadi salah satu yang sangat sensitif dan sangat mudah untuk diadu domba antara satu dnegan yang lain, akan tetapi jika kalian semua memiliki pegangann yang kuat serta pengetahuan yang luas, maka berita-berita atau omongan-omongan dari oknum yang tidak bertanggung jawab masih bisa untuk diminimalisir guna dampak perpecahan yang ada."
Beliau juga bercerita, " Saya hidup dijawa kurang lebih sudah 10 tahun, dan saya bukan orang asli sini, saya asli orang manado yang notabenya banyak umat kristiani disana berbeda dengan ketika hidup dan bermasyarakat dipulau jawa, dipulau jawa yang mayoritasnya beragama islam dan minim yang beragama kristiani, akan tetapi saya sangat senang hidup di jawa seperti ini, khususnya di desa tersono, karena saya sangat dihargai serta sangat diberikan perlakuan yang sangat baik oelh masyarakat desa sini." tuturnya.
" Perilaku Moderasi yang saya rasakan pada desa ini sangatlah kental, ketika perayaan hari raya umat kami,saya juga mengajak masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam hal tersebut,begitupun juga sebaliknya ketika ada perayaan hari raya umat islam,saya berserta keluarga juga tak sungkan dan tak sudi ikut serta guna memeriahkan perayaan hariraya tersebut,ssaya rasa jika harus memilih untuk menghabiskan waktu dimasa tua antara pulang ke kampung halaman atau bertahan hidup dipulau jawa khususnya desa tersono, saya akan memilih untuk tetap hidup dan berdampingan dengan masyarakat desa tersono meskipun saya disini sebagai masyarakat yang berpedoman minoritas, masyarakat disini sangat baim dan ramah, hal tersebut yang menjadikan saya betah dan nyaman untuk tinggal lebih lama didesa tersono." ungkapnya pada kalimat penutup sebelum peserta KKN Moderasi Beragama pamit undur diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H