Sinusitis Maksilaris
Di artikel sebelumnya aku mendapat rujukan untuk ke Dokter THT, karena suara aku serak dan tak terdengar. Dokter Paru memberi catatan, disfonia. Tapi karena pengobatan TB Paru aku diperpanjang hingga 3 bulan lagi, jadi aku pikir ketauan nunggu pengobatan TB Paru selesai, baru ke Dokter THT. Sambil berharap, suaranya membaik dengan sendirinya.
Ternyata sampai pengobatan TB Paru berakhir, suaraku tidak juga membaik. Karena pengobatan TB Paru berakhir di bulan April 2022, yang bertepatan dengan bulan Ramadan, jadi suami aku bilang, ke Dokter THT nanti aja habis lebaran. Dan seperti biasa selama bulan Syawal itu penuh jadwal silaturahmi ke sana sini, sepertinya baru santai bulan Juni 2022.
Awalnya ingin langsung ke Dokter THT tanpa BPJS, alias pake jalur bayar. Tapi kok firasat aku bilang, kayaknya bakalan bolak-balik RS deh. Kalau gak pake BPJS, bisa-bisa keluar biaya yang lumayan. Tapi ragu juga pake BPJS, karena emang belum pernah aku pake untuk berobat yang sampai harus buat rujukan ke RS.
Di akhir Mei 2022, suami ada perawatan ke RS pake BPJS. Pihak Puskesmas (Faskes 1), merekomendasikan rujukan ke RS yang dekat rumah. Langsung cari info tentang RS tersebut.
Enaknya bisa daftar online, jadi kita sudah dapat giliran jam sesuai urutan yang didapat. Misal dokternya praktek jam 10.00-14.00, lalu kita daftar online di website RS, gak lama akan diwhatsapp atau diemail, jadwal kita datang, misal jam 11.20-11.40.
Artinya kita gak perlu datang dari sebelum jam dokternya praktek, cukup datang 30 menit sebelum jadwal yang dikasih, untuk contoh di atas, berarti datang jam 10.50. Waktu 30 menit sebelum jadwal ketemu dokter itu, untuk waktu ngantri di pendaftaran.
Saat menemani suami ke RS tersebut, kok ternyata walau pasien BPJS, gak lama-lama juga ngantri. Paling 30 menit di pendaftaran, 15 menit nunggu dipanggil dokter, konsul 15 menit dan bila ada obat nunggu 30 menit.
Total maksimal di RS 1,5 jam. Aku pikir wajar kalau segitu. Dan juga baik perawat dan dokternya ramah-ramah, gak beda-bedain pasien BPJS atau bukan, yang paling utama dokternya komunikatif sehingga penjelasannya mudah dimengerti.
Melihat kondisi tersebut, aku pun memutuskan ke Dokter THT menggunakan BPJS. Dan aku juga sudah cek dan ricek, di RS tersebut, fasilitas peralatan untuk THT, sudah ada kameranya.