Lihat ke Halaman Asli

PRIADARSINI (DESSY)

TERVERIFIKASI

Karyawan Biasa

[Wisata Kenyang] Lanjutan Kangen Kuliner Semarang

Diperbarui: 14 Februari 2019   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lari 3,5 KM di Car Free Day Semarang | dok pribadi

Kalau sebelumnya aku sudah ngebahas Nasi Koyor Makmi, Bakso Kumis, Mangut Belut Bu Nasimah dan Es Puter Cong Lik, sekarang mari kita lanjutkan mblusukan nyari kuliner Semarang yang susah bahkan nggak bisa ditemui di kota-kota lain.

Melanjutkan kisah sebelumnya, setelah nonton streaming FA Cup di Hotel, yang untungnya Manchester United menang 2 - 0 atas Reading, kami pun lanjut ke Gudeg Koyor Mbak Tum. 

Jadi saat nyari-nyari info tentang Nasi Koyor Makmi, nemu rekomendasi Gudeg Koyor yang jadi salah satu khas Semarang. Selama tinggal di Semarang sih nggak tau ada kuliner Gudeg Koyor ini. Aku juga nggak tau, Gudeg Koyor ini sudah ada sejak jaman kolonial atau baru ada di jaman milenial.

Bila berselancar di Google mencari "Gudeg Koyor Semarang", maka pilihan teratasnya adalah Gudeg Koyor Mbak Tum, Jl MT Haryono. Berhubung Warung tersebut buka jam 5 sore sampai subuh, jadilah kami sengaja ke sana malam jam 9 sesudah nonton bola. Dari Hotel Pandanaran ke lokasi sekitar 3,5 KM. Seperti biasa pilihan andalan kami, pesan taksi Bluebird via MyBluebird

Gudeg Koyor Bu Har | dok pribadi

Dan setelah sampai di lokasi, warungnya tutup dong deh sih. Terus kata supir taksi, ada lagi kok di depan. Sambil nyari yang lain, sambil cek Google lagi, ternyata emang ada juga Gudeg Koyor Bu Har. Dan lokasinya juga nggak jauh dari Mbak Tum. Alhamdulillah Warungnya buka. Karena perjalanan dari Hotel ke lokasi di malam minggu, lumayan macet plus nyari-nyari alternatif Gudeg Koyor yang lain, jadi bayar taksinya Rp. 33.000.

Gudeg Koyor Bu Har plus Petai | dok pribadi

Wah pas lihat menunya ada petai, jadilah kami pesan yang satu pakai petai, yang satu tanpa petai. Dan porsinya lumayan banyak sodara-sodara. Pas nyoba, huaaaah manteb bianget rasanya. Uenaaaaakkkk puooolll. Jooozzzz laaah pokoknyah.

Buat bukti aja ini :p | dok pribadi

Rasa koyornya juga enak dan terutama empuk, perpaduan bumbunya juga pas. Senengnya sama gudeg Semarang, nggak manis, dan krecek plus sambalnya lumayan pedes. Harga juga total nggak sampai Rp.70.000 sudah plus 2 gelas Es Jeruk.

Setelah kekenyangan kami pun kembali ke hotel, kali ini baliknya naik Taksi Bluebird, argonya nggak sampai Rp. 20.000. Begitu sampai hotel, langsung tidur, karena besok rencananya mau lari saat Car Free Day.

Keesokan harinya, jam 6 pagi, kami sudah mulai start dari hotel, lari menuju Simpang Lima. Sebenarnya sudah lama banget pengen ikutan Car Free Day di Jakarta, tapi nggak pernah kesampaian. jadi pas berniat ke Semarang, emang sengaja, nyari waktu, yang bisa ikutan Car Free Day.

Car Free Day di Semarang | dok pribadi

Wah asli ramai banget, di Simpang Lima dan juga Jalan Pahlawan, banyak yang ikutan senam aerobik juga, sama ada 2 tempat senam. Lumayan bisa lari 3,5 KM, untuk bakar kalori akibat kulineran yang penuh lemak. 3,5 KM mah masih kurang untuk bakar lemak, tapi daripada nggak sama sekali. Hihihi.

Setelah lari, kami langsung ke tempat oleh-oleh, yang lokasinya cuma selemparan mangga doang dari hotel. Aku sejak dulu kalau beli oleh-oleh dari Semarang pasti ke Bandeng Presto Juwana - Elrina, menurut aku di situ, Bandeng Presto yang paling enak, dibanding yang lain. Selain itu Wingko Babat Dyriana rasanya paling enak diantara Wingko Babat yang lain. Wingko Babat Dyriana ini satu produsen dengan Bandeng Presto Juwana - Elrina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline