Beberapa tahun belakangan ini lagi ngetrend kutipan "Perempuan Selalu Benar". Aku sering terusik dengan kutipan itu, apalagi saat melihat banyak meme yang menggambarkan betapa super power-nya seorang perempuan. Tapi saat melihat kembali sekeliling aku, ternyata memang benar, kenyataan tak seindah kutipan.
Karena dalam banyak kasus, perempuan masih jadi obyek yang disalahkan. Seperti dalam kasus pemerkosaan, sering kali perempuannya justru yang disalahkan. Mulai dari pakaiannya sampai masalah keluar di malam hari. Padahal sekarang banyak perempuan yang terpaksa jadi tulang punggung keluarga, yang harus banting tulang sampai malam hari. Dan kalau soal pakaian tak sedikit juga kasus perkosaan terjadi pada perempuan dengan pakaian yang sopan atau tertutup.
Belum lagi si lelaki berdalih suka sama suka. Selain itu rasa malu, takut dan trauma yang dialami korban, membuat sedikit sekali kasus perkosaan yang berakhir di pengadilan.
Adalagi kasus yang lagi hits di masyarakat saat ini, "pelakor" atau perebut laki orang. Namanya saja sudah pelakor, yang sudah pasti yang salah perempuan juga. Padahal dalam kasus perselingkuhan, kan terjadi jika ada lelakinya juga. Tapi entah kenapa lelaki selalu lolos dari amukan emosi saat perselingkuhan ketauan.
Dalam kasus perselingkuhan suami, yang dihujat masyarakat selalu si perempuannya. Baik dari sisi pelakornya maupun dari sisi istrinya. Dari sisi pelakor, disalahkan karena menggoda suami orang, walau kadang si pelakor ini, nggak tau kalau lelakinya sudah berkeluarga.
Dari sisi istri, akan selalu dicari-cari kesalahannya, habis karena istrinya kalau di rumah lecek, sudah pakai daster doang, bau terasi, muka berminyak atau karena istrinya sibuk kerja, nggak ada waktu di rumah dan masih banyak lagi kesalahan perempuan.
Apalagi kalau kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh istri, tamat dah riwayatnya. Segala cacian dan makian, bakal dilempar ke mukanya. Padahal dalam setiap kasus, kita nggak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi. Bisa jadi memang kesalahan perempuannya, tapi tak menutup kemungkinan karena kesalahan lelakinya. Tapi selalu yang disalahin perempuannya, apapun masalahnya.
Juga dalam persoalan anak, dalam setiap masalah anak, muka yang ditunjuk banyak orang adalah muka ibunya. Habis ibunya tuh nggak bener, yang harusnya beginilah, yang harusnya begitulah. Sampai-sampai kalau ada bapak-bapak yang ngurus keperluan sekolah anaknya, nanti ada yang bilang, emang istrinya kemana, kok nggak ngurusin anaknya. Padahal kan anak tanggung jawab bapak ibunya. Bikinnya aja berdua, masak yang punya kewajiban ngurusin ibunya doang.
Kesalahan berikutnya yang sering ditimpakan pada perempuan, adalah saat berkendara motor atau mobil. Setiap terjadi sesuatu dijalanan, langsung nuduh, yang nyetir pasti perempuan. Atau ada kejadian yang melanggar aturan, pasti yang kena perempuan. Sampai banyak banget tuh memenya soal ini.
Memang aku akui, banyak sekali pelanggaran di jalan raya yang diakibatkan perempuan. Tapi kan tidak semua kasus salah pengemudi perempuan. Karena stereotipe ini, akhirnya jadi pukul rata semua salah perempuan.
Memang perempuan itu sosok yang emosional, kadang kalau marah hilang kendali. Tapi emang lelaki nggak begitu? Buktinya banyak juga kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kalau aku lihat, justru lebih banyak lelaki yang tak terkendali.