Melihat para pendeta Siauw-lim yang marah besar, Kak Wan ingat pernah membaca buku tentang suatu peristiwa besar tujuh tahun yang lalu di Siauw-lim. Saat itu ujian kemampuan murid-murid Siauw-lim. Kemudian pemimpin dari ruang Tat-mo-tong, Kouw-ti Sian-su naik ke mimbar utuk menilai kemampuan setiap murid selama setahun terakhir. Tiba-tiba muncul seorang Tauw-to (pendeta yang memelihara rambut) menghina Kouw-ti Sian-su. Dengan sikap menantang dia terus memaki-maki. Saat ditanya Kouw-ti Sian-su, siapa gurunya. Dia mengatakan tak punya guru, dia belajar kungfu sendiri. Hal ini karena dia sering dihajar oleh pengawas dapur. Sehingga dia berlatih kungfu sendiri. Karena tekat yang kuat, akhirnya dia bisa menguasai ilmu Siauw-lim melebihi teman-temannya. Pertempuran pun tak terelakan. Diluar dugaan Kouw-ti kenal pukulan keras yang berakibat tulang lengan kiri dan empat tulang rusuknya patah seketika. Dan Kouw-ti pun tak tertolong jiwanya. Tak cukup sampai disitu. Tauw-to itu pun membunuh pengawas dapur dengan kejam. Sejak itu ada peraturan: Setiap murid Siauw-lim-pay hanya boleh belajar kungfu dibawah bimbingan seorang guru. Siapa pun dilarang belajar sembunyi-sembunyi ataupun mencuri. Bagi yang melanggar akan dihukum berat, yakni urat tangan dan kakinya dipotong hingga cacat dan hukuman yang terberat dihukum mati. Mengingat hal itu Kak Wan mulai khawatir dengan nasib Thio Kun Po. Sesaat kemudian, Bu-siang Sian-su, memebri perintah untuk membengkuk Thio Kun Po. Kak Wan langsung membawa tahang buat dia mengisi air selama dihukum, dengan memasukan Thio Kun Po dan Kwee Siang pada masing-masing tahang. [caption id="attachment_279858" align="aligncenter" width="480" caption="Kak Wan versi 1986 (*)"][/caption] Setelah melarikan diri sejauh 100 li, baru Kak Wan berani berhenti. Ternyata mereka berada di gunung yang sunyi. Disaat kelelahan Kak Wan mengucapkan: "Pertama-tama gunakan hati untuk memerintah tubuh, ikutilah orang lain, jangan mengikuti kehendak sendiri. Suatu saat tubuh bisa mengikuti keinginan hati. Mengikuti keinginan hati dengan tetap mengikuti orang lain berarti hidup. Mengikuti keinginan sendiri artinya mandek. Jika mengikuti keinginan orang lain, kita bisa mengukur kuat dan lemahnya orang itu serta bisa mengetahui tinggi rendahnya lawan. Mengetahui pengetahuan demikian, kita baru bisa maju dan mundur secara leluasa..." Kak Wan terus mengoceh, terkadang terselip bagian dari Leng-keh-keng, hal ini bisa terjadi karena Kiu-yang Cin-keng juga bagian dari kitab Leng-keh-keng. Karena Kak Wan agak bodoh, tak heran dalam menghafal terselip bagian Leng-keh-keng. Walau di tegur Kwee Siang, Kak Wan tetap melanjutkannya: "Tenaga pinjaman dari orang lain. Hawa dikeluarkan lewat punggung. Dari kedua pundak masuk ke tulang punggung dan berkumpul di pinggang. Inilah hawa yang turun dari atas ke bawah dan dinamakan Hap (menutup). Hawa itu dari pinggang naik ke tulang punggung dan dari tulang punggung meluas sampai ke lengan dan bahu. Inilah hawa yang naik dari bawah ke atas, diberi nama Kay (terbuka). Hap artinya mengumpulkan, sedang Kay melepaskan (mengeluarkan). Siapa yang paham Hap dan Kay, dia pun mengerti artinya Im dan Yang (negatif dan positif)..." Setelah pagi, tiba-tiba muncul Bu-sek Sian-su dari balik pohon. Kwee Siang bertanya, apa tetap akan menangkap mereka. Dan Bu-sek menjawab, "Aku masih bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lagipula aku bukan orang yang teguh pada peraturan. Sebenarnya sudah lama sekali aku berada di sini, jadi jika benar aku mau membunuh mereka, megapa aku harus menunggu sampai sekarang?" [caption id="attachment_279859" align="aligncenter" width="480" caption="Thio Kun Po versi 1986 (*)"]
[/caption] Kemudian Bu-sek meminta agar mereka segera berlari ke barat, karena Bu-siang dan murid-murid Siauw-lim mengejar ke timur. Tapi ternyata Kak Wan telah tiada. Thio Kun Po pun bersedih. Lalu Kwee Siang berkata, "Saudara Thio, aku rasa pendeta Siauw-lim akan terus memburumu, kuharap kau berhati-hati. Aku pikir di sini saja kita berpisah, semoga dikemudian hari kita bisa bertemu lagi." [caption id="attachment_279860" align="aligncenter" width="491" caption="Kwee Siang versi 1986 (*)"]
[/caption] Thio Kun Po ingin sekali ikut bersama Kwee Siang kemanapun dia pergi. Tapi Kwee Siang tak menyetujuinya, karena dia sedang berkelana tanpa tujuan. Dan Thio Kun Po pun pergi menuju barat, ketika dia sedang berjalan-jalan di puncak gunung, dia mengamati seekor ular dan seekor burung sedang saling bertarung. Setelah dia merenungkannya selama 7 hari 7 malam, tiba-tiba dia terpikir ilmu dasar kungfu, yakni Jiu (Kelembutan) dipakai untuk melawan Kong (Kekerasan). Dengan dasar tenaga dalam dari Siauw-lim Kiu-yang Cin-keng dia gabung dengan penemuan jurus dari pertarungan ular dan burung, akhirnya Thio Kun Po menciptakan jurus-jurus kungfu Bu-tong-pay. Selang beberapa tahun, saat Thio Kun Po berkelana ke Utara, tanpa sengaja dia menemukan tiga buah puncak gunung atau Sam Hong yang indah tak terkira. Itulah sebabnya dia kemudian mengubah namanya menjadi Thio Sam Hong. Sementara itu Kwee Siang yang tak pernah berhasil menemukan Yo Ko dan Siao Liong Li, akhirnya sesudah umur 60 tahun dia mencukur rambutnya, hidup sebagai pendeta di Gunung Go-bi. Dengan mengabungkan ilmunya dan juga ilmu Kiu-yang Cin-keng, dia kemudian mendirikan golongan yang bernama Go-bi-pay. Dan Ho Ciok Too sesudah berusia lanjut baru menerima murid untuk mewarisi ilmu khim, pedang dan catur nya. Maka berdirilah Kun-lun-pay. Murid-murid Kun-lun-pay rata-rata pandai surat dan pandai silat. [caption id="attachment_279861" align="aligncenter" width="480" caption="Bu-sek Sian-su versi 1986 (*)"]
[/caption] Sedangkan Bu-sek Sian-su yang juga mendengar Kak Wan melafalkan ilmu Kiu-yang Cin-keng, karena dia sudah dapat dasarnya, maka dia hanya menambah ilmunya, Tak terlalu menambahkan banyak manfaat baginya. Bersambung.. ____ Ringkasan dari buku Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit (buku Seri 1 Bab 3) karya Chin Yung yang disadur oleh Oey Kim Tiang (OKT)
(*) Sumber Gambar: Screenshot dari http://www.youtube.com/v/bS2w7JYMnws _____ Kalau versi film Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit tahun 1986, kisah Kwee Siang tidak ditampilkan diawal episode tapi ada di episode ke 2. Disana Thio Sam Hong (Thio Kun Po) menceritakan kepada muridnya kejadian saat dia bertemu dengan Kwee Siang. _____ Dalam rangka mendirikan perguruan silat Ko-plak-pay bersama @KoplakYoBand.. Hihihi.. _____ Sebelumnya: Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #Pengantar [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #1 [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #2 Selanjutnya: [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H