Murid ketiga Thio Sam Hong (Thio Kun Po0) Ji Thay Giam, ditugaskan gurunya ke Hokkian untuk membunuh penjahat yang katanya menindas rakyat. Setelah dua bulan mengintai akhirnya Ji Thay Giam berhasil membinasakan penjahat itu dengan pukulan ke-11 dari Thay-kek-kun Hian-hian To-hi-hoat. Sebelumnya dia pikir 10 hari tugas tersebut akan selesai, namun ternyata butuh waktu dua bulan. [caption id="attachment_284762" align="aligncenter" width="456" caption="Ji Thay Giam versi 1986"][/caption] Berhubung gurunya akan berulang tahun yang ke 90, maka Ji Thay Giam pun tergesa-gesa kembali ke Bu-tong-san. Ditengah perjalanan saat dipenginapan Ji Thay Giam mendengar pembicaraan seseorang dengan pimpinan Hay-see-pay (Tiga Tepi Air), menanyakan tentang Golok Pembunuh Naga. Dan Ji Thay Giam pun menghampiri gedung yang tampak sepi, kemudian terkejut dengan banyaknya mayat bergelimpangan dimana-mana. Saat didekati ia melihat ada 3 0rang kakek sedang membakar golok, yang mengherankan golok itu tidak juga berubah warna. Tak lama datang seorang pemuda berteriak, "Hentikan!! Tiang-pek Sam-khim, mengapa kalian hendak merusak golok itu?" Salah seorang dari 3 kakek yang sedang membakar golok langsung menyerang anak muda itu. Pertempuran tak dapat dihindari. Di saat si kakek sedang dalam bahaya, secara spontan Ji Thay Giam membantu. Kemudian si pemuda berkata, "Ah hebat sekali. Ku kira lompatan itu bernama Tee-in-ciong yang termasyur itu. Benarkah? Orang bilang, ilmu meringakan tubuh orang Bu-tong-pay tak ada duanya di dunia ini! Ternyata ucapan itu memang benar." Sekalipun ucapannya berisi pujian, namun pemuda itu menyampaikannya dengan nada yang sombong. Walau dongkol, Ji Thay Giam mencoba menahan diri, sambil berkata, "Hebat, padahal hanya sekali bergerak, Tuan berhasil membunuh orang Hay-see-pay. Betapa tinggi ilmumu, Tuan!" Tiba-tiba si kakek membawa kabur golok itu, saat Ji Thay Giam mengejarnya yang disusul ke-2 kakek yang lain dan juga si anak muda, terdengar suara teriakan seperti orang terluka parah. Ketiga kakek terguling-guling tak bisa bangun lagi. Sedangkan si pemuda berhasil bangun kemudian melarikan diri sekencang-kencangnya. Rupanya mereka terkena garam beracun milik Hay-see-pay. Ji Thay Giam mencoba menyelamatkan kakek itu, kemudian membawanya naik ke atas bukit, disana ada Kelenteng yang bertuliskan Hay-sin-bio (Kelenteng Dewa Laut). Ji Thay Giam memberikan pil Thin-sim Kay-tok-tan (obat pemunah racun). Tapi si kakek tidak mau, kerena takut diracun. "Agar jiwamu selamat, segera berikan golok itu kepada Hay-see-pay lalu minta obat pemunah garam beracun", kata Ji Thay Giam. "Aku tak mau! Aku takkan menyerahkannya!!", si kakek nangis menggerung-gerung. "Ku kira seorang ahli silat sejati hanya mengandalkan kepandaiannya untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Sedangkan golok atau pun pedang mustika, hanyalah benda di luar tubuh kita.", Ji Thay Giam mencoba menyakinkan si kakek. Kakek itu tampak marah, "Enak saja kau bicara! Apakah kau belum pernah mendengar kata-kata Bu-lim-ci-cun, po-to to-liong, hauw-leng thian-hee, boh-kam-put-ciong (yang paling mulia di dunia persilatan. golok mustika pembunuh naga, perintahnya di kolong langit, tak ada manusia yang berani menentangnya)?" Ji Thay Giam tertawa, "jelas aku pernah mendengarnya. Bahkan pada bagian bawah kata-kata itu masih dua baris kata-kata lain yang berbunyi: I-thian put-cut, swee-i-ceng-hong (Jika pedang langit tak muncul, siapa lagi yang bisa melawan ketajamannya)". Tapi Ji Thay Giam merasa itu tak ada sangkut pautnya dengan golok yang sedang diperebutkan itu, "Hm.. Sekarang kau memiliki golok itu, lalu siapa yang akan menuruti perintahmu? Apakah kau kira karena aku melihat golok itu maka aku tunduk padamu?" Kakek itu berkata, "kalau kau tak mau menolongku. Takkan ku beritahu apa kelebihan golok ini. Karena sebenarnaya keanehan golok ini bukan hanyadi dari beratnya yang mencapai 100 kati. Oh ya apa marga anda? Ji atau Thio?" "Loo-tiang, bagaimana kau bisa menebak begitu tepat? Tuan bolehkah aku tau namamu?", kata Ji Thay Giam. "Di antara Bu-tong Cit-hiap, Song Tay-hiap usianya lebih tua dari mu. Sedang In-hiap dan Boh-hiap usianya baru 20-an. Siapa yang tidak tau 7 pendekar Bu-tong. Namaku Tek Seng, gelarku Hay-tong-ceng (sejenis burung elang yang ganas)", ujar kakek itu. Lalu Tek Seng melanjutkan, "Masih ada yang tidak kau ketahui tentang golok ini. Kata- Hauw-leng thian-hee, boh-kam put-ciong yang kau sebut-sebut tadi, hakekatnya ukan berarti, perintah pemilik golok ini harus dituruti begitu saja. Tapi di dalam golok ini tersimpan rahasia ilmu silat yang tinggi. Ada yang mengatakan isinya Kiu-yang Cin-keng, tapi ada juga yang bilang Kiu-im Cin-keng. Jika orang mempelajari ilmu itu berdasarkan catatan itu, dia akan berilmu tinggi. Maka itu orang tak ada yang berani membantah perintahnya." Tak lama terdengar langkah orang menuju kelenteng, Ji Thay Giam pun menyuruh Tek Seng menyerahkan golok itu. Tapi Tek Seng tetap tidak mau. Ji Thay Giam tak mau ikut campur kemudian dia hendak pergi bersembunyi. Tiba-tiba Tek Seng memeluknya sangat erat sehingga tulang Tek Seng terdengar patah. Ji Thay Giam takut terkena garam beracun yang ada disekujur tubuh Tek Seng. Lalu lari bersembunyi kemudian minum pil pemunah racun. Ternyata yang datang adalah orang-orang Hay-see-pay. Namun tak berapa lama datang lagi seorang yang beralis putih. Tek Seng terkejut, "Kau.. Kau menginginkan To Liong To... Peh-bi.... (alis putih)." Secara tiba-tiba seorang Hay-see-pay roboh, yang lain seat ingin lari, tiba-tiba terdiam mematung. Peh-bi memerintahkan untuk mencari golok itu. Saat Ji Thay Giam ingin keluar, dia mendengar seseorang mengatakan Tek Seng mati ketakutan. Herannya saat digeledah, golok itu tak ada pada Tek Seng. Setelah sepi, Ji Thay Giam keluar, dan terkejut melihat orang-orang Hay-see-pay yang berdiri mematung dan wajah mereka tampak begitu ketakutan. Sepertinya mereka mati ketakutan. Ji Thay Giam bingung, "agama apakah Peh-bi-kauw itu? Mengapa dia begitu kejam?" Saat Ji Thay Giam ingin menguburkan mayat-mayat itu, barulah ia tau, karena Tek Seng ketakutan dengan kedatangan Peh-bi-kauw, golok ditangannya jatuh dan tajamnya tepat mengarah ke punggung mayat orang Hay-see-pay, hingga golok itu terbenam ke dalam tubuh orang itu. Pantas orang-orang Peh-bi tak menemukan golok itu. Setelah menguburkan mayat-mayat itu, Ji Thay Giam berpikir, "Golok Pusaka ini milik dunia persilatan, namun golok ini bukan pembawa keberuntungan. Buktinya Tek Seng dan dua sahabatnya serta orang-orang Hay-see-pay binasa karena golok ini. Lebih baik golok ini kubawa pulang untuk kuserahkan pada guru." Bersambung.. ____ Ringkasan dari buku Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit (buku Seri 1 Bab 4) karya Chin Yung yang disadur oleh Oey Kim Tiang (OKT)
(*) Sumber Gambar: Screenshot dari http://www.youtube.com/watch?v=6k8ZADabRp8 _____ Kalau versi film Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit tahun 1986, kisah ini ada di awal episode pertama, hanya saja Ji Thay Giam tidak sendirian tapi berdua bersama dengan Thio Cui San. _____ Mari kuasai dunia persilatan bersama @KoplakYoBand.. :p _____ Sebelumnya: Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #Pengantar [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #1 [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #2 [Ringkasan] Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit - #3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H