Lihat ke Halaman Asli

PRIADARSINI (DESSY)

TERVERIFIKASI

Karyawan Biasa

Dari Gitgit yang Sunyi Sampai Tanah Lot yang Eksotis

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13896731184191472

Setelah puas ngelihat atraksi lumba-lumba di Lovina, kami melanjutkan liburan hari pertama di Bali. Tujuan selanjutnya Air Terjun Gitgit. Tiket masuknya per orang hanya Rp. 5.000,-. Jalan menuju air terjun ini, lumayan nanjak terus, konon katanya jarak dari loket tiket masuk sekitar 450 meter. Tapi kalau menurut saya lebih dari 450 meter. [caption id="attachment_315682" align="aligncenter" width="591" caption="Air Terjun Gitgit yang sejuk (dok. pribadi)"][/caption]

Di sepanjang jalan banyak pedagang bahan mulai dari batik, songket dan kain pantai khas Bali. Cuma nawar harganya bikin ngelus dada Jensen daah. Masak batik motif barong harganya Rp. 250.000. Mau saya tawar berapa coba. 2 tahun yang lalu saya pernah nitip batik motif barong ini ke temen saya yang lagi ke Bali, harganya cuma Rp. 35.000. Senaik-naiknya yah masak sampai Rp. 250.000. Saya kebetulan suka batik Bali dengan motif barong ini, saya punya ada 3 warna. Pengennya sih beli lagi warna yang lain, Kebetulan di Gitgit banyak pilihan warnanya. Cuma nggak nahan sama harganya. Pas kami balik, ada sih yang akhirnya ngasih harga jadi Rp. 50.000, cuma keburu hujan, lagi katanya kalo beli kain di pasar Klungkung aja lebih banyak pilhan dan murah-murah. Ya sudah batal dah itu beli batik di Gitgit. Kembali ke air terjun, mungkin karena kami sampai disana masih jam 10-an pagi, obyek wisata ini masih sepi. Sehingga kesunyian menambah syahdu suara air terjun. Walau lumanyan ngos-ngos menuju ke air terjun, tapi sampai sana pemandangannya kereeen.. Udaranya sejuk. Melihat airnya yang bening, bikin pengen nyebur. Hanya saja perjalanan kami hari itu masih panjang. Jadi hanya jeprat jepret sana sini aja. [caption id="attachment_315683" align="aligncenter" width="449" caption="Penunggu Gitgit.. #eh.. Hihihi (dok pribadi)"]

1389673335777501922

[/caption] Selanjutnya masih sejalan dengan Air Terjun Gitgit, kami munuju ke Danau Bedugul. Tiket masuk Danau Bedugul juga Rp. 5.000 per orang. Tadinya mau buka bekel disini, tapi berhubung gerimis, nggak jadi deh. Walhasil cuma jeprat jepret lagi. Pemandangan di Danau Bedugul ini sungguh menenangkan. Disini sebenarnya banyak wisata air yang ditawarkan. Hanya saja karena cuaca lagi tak mendukung, jadi nggak ada yang berwisata air. [caption id="attachment_315684" align="aligncenter" width="689" caption="Danau Bedugul tertutup kabut (dok pribadi)"]

138967344498588697

[/caption] Sesudah puas duduk-duduk memandang Danau Bedugul sampai mata sayu karena tersapu angin sepoi-sepoi, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Kebun Raya Bali. Tiket masuknya Rp. 10.000 per orang. Pohon-pohonnya sudah lumanyan besar-besar dibandingkan saat 10 tahun yang lalu saya ke Bali. Cuma kalau dibandingkan Kebun Raya Bogor, masih tetap lebih lengkap koleksi dan lebih tua-tua tanamannya yang di Bogor daripada di Bali. [caption id="attachment_315685" align="aligncenter" width="662" caption="Kebun Raya Bali (dok pribadi)"]

13896737031240967294

[/caption] Kami pun makan siang disini, buka bekel di joglo yang ada di depan Pura. Makan siang kayak orang kelaperan tiga nggak nemu nasi (lebay yo ben). Sesudah kenyang, jeprat jepret lagi dan muter-muter lihat pu'un-pu'un. Dari dulu saya suka bingung, apa sih yang perlu di lihat kalau ke kebun raya. Yang di Bogor aja, tiap kesitu, cuma gelar tiker, makan-makan terus foto-foto. Hihihi. Masih di jalan yang sama, kami pun mampir ke "TEMAN (bukan cabang, tapi sekedar TEMpat penyamanAN) JOGER". Joger adalah kaos khas bali dengan kata-kata nyelenehnya disetiap designnya. Dulu hanya ada di Kuta, sekarang mereka buka yang namanya Teman Joger di Jalan Raya Bedugul. Lebih besar daripada yang di Kuta dan lebih nyaman buat milih-milih. Juga parkirannya lebih luas. Disini makan waktu lumayan lama. Kebanyakan pilihan biking bingung milih-milih, malah nggak ada yang kebeli. Hahaha. [caption id="attachment_315686" align="aligncenter" width="496" caption="Teman Joger (dok pribadi)"]

13896738621128863534

[/caption] Tujuan akhir untuk hari ini adalah melihat matahari terbenam di Pura Tanah Lot. Tiket masuk Rp. 10.000 per orang dan Rp. 5.000 per mobil. Begitu sampai disana jam 6 sore, pas banget mataharinya mulai terbenam. Ternyata sekarang Tanah Lot lebih rapi daripada 10 tahun lalu, pedagangnya lapaknya lebih teratur. Kalau dulu padet dengan pedagang di sepanjang jalan dari parkiran ke Tanah Lot. [caption id="attachment_315687" align="aligncenter" width="680" caption="Ruameeeenyaaaaa di Tanah Lot (dok pribadi)"]

13896739411651409190

[/caption] Senja itu di Tanah Lot ruarrrr biasaaa ramainyaaa. Ternyata sedang ada acara sembahyang dan tari-tarian. Walau ramai pengunjung dan mengurangi nilai eksotis yang ditawarkan Tanah Lot. Kalau anda ke Bali, ini salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi. [caption id="attachment_315689" align="aligncenter" width="680" caption="Tanah Lot nan eksotis (dok pribadi)"]

13896740301070496127

[/caption] Selesai sudah perjalanan hari pertama di Bali, mulai dari jam 05.30 pagi sampai jam 07.00 malam. Selanjutnya menuju hotel di daerah Sanur, untuk makan malam dan tidur, ngumpulin energi untuk wisata di hari kedua. ____ Ngelamunin @KoplakYoBand di Tanah Lot ____ Silahkan baca juga:

Bisa Ngirit Kok Liburan ke Bali

Tak Tau Arah?! Tanyakan pada GPS..

[Lovina] Lumba-lumba yang Sulit Diabadikan [Bali] Main Air di 3 Pantai dalam Sehari [Bali] 2 Goa dari Abad XI Masehi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline