Lihat ke Halaman Asli

PRIADARSINI (DESSY)

TERVERIFIKASI

Karyawan Biasa

Musibah bagi Penikmat Jengkol

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13702366781756970948

[caption id="attachment_265232" align="aligncenter" width="434" caption="Buat yang belum pernah lihat jengkol :p "][/caption] Kemarin ceritanya saya berburu jengkol, demi memenuhi janji saya yang sudah berabad-abad lalu, mau masakin Mbak Dina jengkol balado. Namun tampaknya janji tinggal janji, masak jengkol hanya mimpi (ngutip lagu jadul). Setelah nanya kesana sini, jawaban pedagang di pasar sama, "jengkol lagi langka bu.. Kalau toh ada harganya Rp. 50.000/kg..". "Et daaah.. Harga jengkol bisa sama dengan harga iga sapi per kilo.. Errrgh..", gerutu saya. Tapi saya pikir, mahal juga nggak apa-apa deh, habis saya nggak enak udah kelamaan janji. Dan saya pun tetep usaha, dengan segenap jiwa dan raga, ngaduk-ngaduk pasar, nyari segelintir jengkol. Hasilnya tetep nihil. Tadi pagi lihat berita-berita di televisi, ternyata jengkol memang sedang susah ditemukan dipasaran. Pemerintah seolah tidak peduli dengan kenaikan harga jengkol yang melambung tinggi. Padahal penikmat jengkol banyak, bahkan seperti yang dilangsir www.medanbisnisdaily.com, permintaan jengkol di Jakarta mencapai 50 ton per hari. Masih menurut media tersebut, jengkol belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pemerintah dan juga belum dibudidayakan secara serius. Menurut Yasir Arafat (Kabid Tanaman Pangan dan Hotikultura Dinas Pertanian Mandailing Natal), "Tanaman jengkol tersebar di 27 kecamatan yang ada di Mandailing Natal, hanya saja tanaman ini baru sebatas tanaman semisal sebagai batas lahan masyarakat. Kemudian hanya meneruskan tanaman warisan, artinya hanya mau memanen jengkol yang ditanam orang tua warga." Hal ini menjadi musibah bagi penikmat jengkol seperti saya. Banyak orang yang malu mengakui dia suka sama jengkol atau ada yang gengsi buat nyoba jengkol. Kesannya makanan nggak berkelas. Tapi apa mau dikata, pecinta jengkol juga banyak. Mungkin jaman dulu jengkol adalah makanan para raja (menebak secara membabi buta.. hahaha). Sekedar informasi aja, jengkol itu bagus juga loh buat kesehatan. Seperti yang sudah pernah saya tulis "Jangan Underestimate Sama-yang Namanya Jengkol", kandungan jengkol itu, “dalam 100 gram biji jengkol, terkandung energi 133 kkal, protein 23,3 gram, karbohidrat 20,7 gram, vitamin A 240 SI, vitamin B 0,7 mg, vitamin C 80 mg, fosfor 166,7 mg, kalsium 140 mg, besi 4,7 mg, dan air 49,5 gram. Sebagai catatan, angka kecukupan gizi vitamin C yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Ini berarti, untuk memenuhi kebutuhan vitamin C per hari, kita cukup mengonsumsi jengkol sekitar 100 gram. Selain itu juga mengandung 23,3 g protein melebihi tempe yang mengandung 18,3 g protein. Dan 100 gram jengkol juga mengandung 4,7 g zat besi dan 140 mg kalsium." Mungkin buat pemerintah, budidaya jengkol tidak perlu menjadi perhatian khusus. Tapi biar bagaimana pun jengkol itu kan masakan khas orang Indonesia. Salah satu masakan yang perlu dilestarikan, bahkan perlu go international seperti rendang (#eaaa ngarep). Semoga pemerintah terjaga dari tidurnya untuk lebih memperhatikan jengkol. Atau kalau perlu nanti saya kirimin jengkol balado ke kantor Kementerian Pertanian atau kantor Kementerian Perindustrian dan Perdagangan atau kalau perlu ke Istana Negara, biar tau kalau jengkol itu nikmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat tak terkiraaaaa. Sangkin nikmatnya nih, mertua lewat aja sampe nggak nyadar.. Hihihi ___ Curahan hati Duta JengQ dari @KoplakYoBand ___ Sumber Foto: http://pasarminggu.co/produk/jengkol-pack/ ___ Nama lain jengkol: Archidendron pauciflorum,kancing lepis, jariang, jering, dogfruit




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline