Setelah kemarin saya bercerita hal yang menarik saat jalan-jalan di Beijing dengan mengunjungi objek-objek wisatanya, sekarang saya akan bercerita hal yang unik selama disana.
GUIDE
Guide kami adalah seorang dosen bahasa Indonesia yang asli orang Cina dan belum pernah sekalipun datang ke Indonesia. Bahasa Indonesianya sungguh fasih, walau ada beberapa kata yang agak sulit dia ucapkan, namun kami tak pernah bermasalah dengan komunikasi. Dan dia senang bila di panggil Mas David.
Mas David ini mencirikan orang Indonesia gemar melakukan 4 hal:
·Jam Karet: menurut dia, wisatawan Indonesia tak pernah tepat waktu, sedangkan jadwal tour sangat padat, jadi dia suka kelabakan mengatur jadwal
·Toilet: Kemanapun wisatawan Indonesia mengunjungi tempat wisata, pertanyaan yang pertama yang selalu ditanyakan pada guide adalah "toilet ada dimana?"
·Tidur selama perjalanan: saat di bis pasti pada tertidur, walaupun guide sedang menerangkan tentang suatu sejarah tempat yang akan dikunjungi
·Doyan belanja: Jangan sediakan waktu yang sedikit untuk orang Indonesia berbelanja, karena akan diprotes. Wisatawan Indonesia sangat suka berbelanja dan selalu membawa oleh-oleh yang luarbiasa banyaknya.
Mas David juga pernah punya pacar orang Surabaya, namun setelah 4 tahun mereka putus.
TRANSPORTASI
Transportasi yang unik di Beijing adalah mereka punya jalur khusus untuk pengguna sepeda. Tidak boleh menggunakan motor kecuali motor yang dicharge, untuk mengurangi polusi udara. Rata-rata pekerja disana lebih senang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi mereka.
Mengenai kemacetan, ternyata beda persepsi dengan kita. Menurut Mas David, perjalanan dipagi hari menuju Tembok Raksasa macet, karena bersamaan dengan orang berangkat kerja. Perjalanan normal dari hotel 30 menit, saat itu kami sudah membayangkan macet sampai 2 jam, ternyata kami sampai 45 menit. Dan Mas David bilang, "benerkan macet!". Kita langsung bilang, "kalau di Jakarta ini masih lancar. Yang namanya macet tuh bisa 2 jam". Dan dia pun tidak percaya, kalau kami mengalami tiap pagi saat berangkat ke kantor.
JEMBATAN PENYEBRANGAN
Saat kami akan menyebrang dari Gerbang Tian An Men menuju lapangan Tian An Men, kami melihat-lihat kiri kanan untuk menyebrang sambil berpikir mana jembatannya. Ternyata jembatannya lewat bawah tanah, wow kami sangat kagum, karena dengan lewat bawah tanah tak perlu naik turun tangga terlalu jauh dan aman dari hujan dan panas. Selain itu tidak ada pedagang asongan ataupun pedagang kaki lima. Sungguh menyenangkan menyebrang di Beijing.
KULINER
Ternyata disana juga banyak restoran Muslim, beberapa kali kami makan di restoran Muslim. Dan disanapun disediakan mushola. Ciri khas disetiap restoran yang tidak mungkin terlewatkan adalah sawi putih, itu adalah menu yang selalu ada. Menurut Mas David, orang Cina percaya dengan makan sawi putih tiap hari akan panjang umur. Mereka bisa makan 200-500gr sawi putih sehari. Makanya di Beijing rata-rata mereka mencapai usia 80 tahun. Dan memang kami sering lihat lansia berjalan kaki dan terlihat sehat. Terutama di Kuil Langit tempat mereka berkumpul, benar-benar masih segar bugar.
Secara umum, saya suka masakannya, tapi bila lidah anda kurang bisa menyesuaikan saya sarankan bawa sambal goreng ataupun saus sambal untuk menutupi rasanya. Dan lagi anda akan sulit bertemu sambal disana.
Bila anda Muslim, saat sarapan pagi di hotel, ada baiknya bertanya itu daging apa, karena tak ada tulisan yang bisa menunjukkan itu daging sapi atau daging babi. Kalau saya bawa popmie, jadi tiap sarapan, makan popmie di kamar, di restoran tinggal makan roti atau kue.
Satu lagi disana ada Restoran Minang, sayang kami tak sempat mampir. Restorannya lumayan besar, baru saat itu saya merindukan masakan Padang, biasanya saya bosan sekali karena saya orang minang, jadi kalau jalan-jalan paling malas singgah ke rumah makan Padang. Mungkin karena disana masakannya agak lain dilidah, jadi bisa merasakan kangen masakan Padang.
TOILET
Seperti ciri khas yang sudah melekat pada orang Indonesia kemanapun pergi akan mencari toilet. Nah toilet disana yang bersih hanya di bandara, restoran dan hotel. Kalau ditempat-tempat wisata juga pusat perbelanjaaan semuanya jorok. Kabarnya mereka punya kebiasaan malas menyiram bekas buang air, selain itu tak sediakan air untuk cebok. Jadi saran saya, bila ingin kesana, bawa tissue basah, agar bisa bersih-bersih sesudah buang air.
Ada satu toilet yang bikin saya stress, di pabrik sutra, saat itu tiba-tiba saya ingin buang air besar karena sudah tiga hari disana belum buang air besar, sehingga tak tertahankan. Saya pun ke toilet, disitu adanya toilet jongkok, saat selesai tidak ada shower ataupun air untuk cebok itu biasa, tapi saya baru sadar, ternyata tidak ada tombol atau apapun untuk menyiram closet nya. Saya benar-benar panik. Dan begitu saya berdiri, saya sungguh terkejut, tiba-tiba closet mengeluarkan air secara otomatis. Sehingga closet pun bersih kembali. Mungkin closet otomatis ini lebih efektif buat mereka yang malas menyiram closet.
BANDARA
Bandara yang luarbiasa besar itu sungguh mengagumkan dari tempat check in menuju gate pesawat kami, bila jalan kaki menghabiskan waktu 45 menit. Tapi disediakan kereta yang tiap 5 menit lewat dan itu menghabiskan waktu 10-15 menit. Hal serupa pun sama dengan bandara di Hongkong, bandaranya sudah seperti mall, jadi walau berjalan menuju gate 45 menit, tidak terasa, karena bisa sekalian lihat-lihat. Sangat jauh dibandingkan Soekarno Hatta, baik dari fasilitas dan kenyaman.
Demikianlah share saya tentang hal yang unik selama di Beijing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H