Lihat ke Halaman Asli

Diah Utami

Pengamat

Hikmah dan Pelajaran dalam Perjalanan

Diperbarui: 12 Februari 2018   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Green tea dan wagashi (sumber: matcha-jp.com)

Jangan meremehkan (memperkecil) perbuatan kebaikan sesuatupun, walau sekedar menyambut kawan dengan muka yang manis (H. R. Muslim)

Liburan musim dingin/musim semi terakhirku di Jepang. Satu kesempatan untuk mengikuti foreign student's trip ke prefektur Shimane terbuka. Saat itu tak bisa kulewatkan lagi, setelah dua kesempatan sebelumnya tak bisa kumanfaatkan karena satu dan lain hal. 

Musim semi pertama kulewatkan dengan homestay berkesan ke Kyushu, sedangkan liburan musim panas kulewatkan 'merana' dengan jalan-jalan ke Hokkaido bersama seorang teman. Lonely. Liburan kali ini, aku tak ingin kehilangan kesempatan lagi.

Akhirnya aku berhasil terdaftar sebagai salah satu peserta perjalanan wisata itu. Murah-meriah, karena didukung oleh dana dari universitas. Kami, para mahasiswa asing dari berbagai jurusan dan bidang studi berkumpul dalam perjalanan panjang sambung-menyambung menggunakan kereta api ekspres maupun shinkansen. Wah... seru, tentu.

Perjalanan kereta yang sudah terjadwal membuat kami betul-betul harus waspada dan menepati jadwal itu. Kereta ekspres ke Tokyo, disambung dengan shinkansen ke Shizuoka, berlanjut dengan shinkansen berikutnya ke Nagoya, lalu pindah jalur ke kereta ekspres lainnya, dst dst. Betul-betul perlu perhitungan waktu yang cermat. Kadang kami harus berlari-lari untuk mengejar kereta berikutnya, untuk mengejar selisih waktu antarkereta yang kadang hanya tersedia sebanyak 2-3 menit saja!

Bayangkan saja, rombongan besar kami harus berpindah kereta dengan jalur yang berbeda pula, tentu perlu kecermatan dan ketepatan yang akurat! Ah... tapi untunglah kami semua bisa tiba di tempat yang dituju pada waktu yang telah dijadwalkan. Berangkat selepas subuh dari Maebashi, sampai di provinsi Shimane hanya beberapa saat menjelang maghrib.

Shalat dzuhur dan ashar dilakukan di dalam kereta. Betul-betul perjalanan yang panjang bukan? Nyamannya naik kereta ekspres di Jepang membuat perjalanan panjang itu tidak terasa terlalu meletihkan.

Setelah itu, perjalanan langsung dilanjutkan dengan kunjungan pertama ke kuil terdekat, di bawah siraman gerimis kecil, berjalan kaki saja. Satu rangkaian dengan perjalanan ke kuil itu, kami mengikuti  upacara minum teh. Kombinasi teh hijau kental dengan kue manis kecil yang cantik adalah paduan standar dalam acara itu. 'Kulanggar' aturan dalam upacara minum teh itu.

Aturan umum di Jepang adalah dengan tata urutan berikut: kita menikmati wagashi atau kue kecilnya terlebih dahulu, untuk kemudian menetralisir rasa manisnya dengan teh hijau panas. Sedangkan aku, sebagai pecinta penganan manis, aku mendahulukan minum teh pahit dan mengakhirinya dengan menikmati rasa manis dari wagashi yang terhidang. Untungnya, kebiasaan 'jelek' ini dimaklumi karena aku adalah orang asing di sana. Hehe...

Hari berikutnya, kami berkesempatan untuk berwisata di dalam kota, mengunjungi beberapa objek wisata terkenal di daerah itu. Rombongan kami terdiri dari dua bus besar dengan kombinasi peserta tour berbagai bangsa. Pemandu wisata di dalam bus mulai memperkenalkan diri pada saat bus mulai bergerak melaju di jalan raya. Ramah dan informatif sekali (niatnya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline