"...Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (Q.S. 16, An Nahl: 30)
Sebagai orang asing di Jepang, aku pernah beberapa kali ditawari untuk memberikan pengenalan tentang Indonesia kepada warga Jepang.
Sebuah kesempatan baik untuk menyampaikan beberapa fakta tentang Indonesia, meluruskan miskonsepsi dan salah kaprah, sekaligus memperlancar kemampuan berbahasa Jepang.
Ah... ini sebetulnya yang paling berat, karena dalam masa tinggal 1,5 tahun, memberikan presentasi (sederhana sekalipun), bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi sedikit tertular dengan semangat kesungguhan orang-orang Jepang kebanyakan, kuterima juga tugas itu.
Acara pertama adalah presentasi kecil di kumpulan informal yang disebut Nihongo Hiroba. Komunitas ini beranggotakan orang-orang Jepang yang secara sukarela mau bergabung dengan mahasiswa atau penduduk asing lainnya dan membantu kami untuk menggunakan bahasa Jepang secara lebih aktif.
Tidak formal, tapi disosialisasikan dalam bentuk beragam games menarik ataupun perbincangan informal. Tanpa adanya tekanan, aku pun bisa menikmati pertemuan yang diadakan sekali setiap dua pekan itu.
Dalam pertemuan itu, aku bersama Faried -seorang mahasiswa Indonesia lainnya- mempresentasikan serba sedikit tentang Indonesia dalam forum yang biasanya dihadiri oleh sekitar 20-30 orang itu.
Pada saat bahasa Jepangku 'mentok', para relawan di kumpulan itu terus menyemangati, membuat otakku berpikir lebih keras, mencari alternatif kata dan kalimat yang lain untuk menjelaskan apa yang kumaksud. Sementara Faried, dengan santai dia sih langsung 'ganti channel' dan memberi penjelasan dengan bahasa Inggris saja. Haha...
Dalam satu kesempatan, sensei pembimbing memintaku untuk memberikan presentasi tentang Indonesia di salah satu Sekolah Dasar di wilayah Gunma yang diorganisir oleh salah satu biro di balai kota.
Biro ini memang secara reguler mengundang mahasiswa asing untuk memperkenalkan tentang negara mereka kepada siswa-siswi Sekolah Dasar di Jepang, tentu saja yang termasuk ke dalam wilayah mereka. Dalam briefing awal, aku diarahkan untuk melakukan presentasi tandem bersama seorang warga Malaysia, mengingat kemiripan budaya antara kedua negara.
Aku tentu saja tidak keberatan, walaupun masih tetap merasa gentar dan jatuh mental, karena warga negara Malaysia berdarah Cina yang akan jadi partner presentasiku itu sudah tinggal selama hampir tujuh tahun di Jepang.