Lihat ke Halaman Asli

Cinta dalam Diam

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 jam. 60 menit. Ya, 60 menit waktu yang dibutuhkan agar sosok lemah nan rentan itu dapat keluar dari tubuh sang bidadari. Ketika bayi lain dengan cepatnya dapat melihat dunia paling lama 15 menit, dia membutuhkan 45 menit ekstra dengan jalan yang tidak normal. Ya, operasi.  Sang Ibu yang terkulai lemas di meja operasi, mencoba menerawang kehadirannya dan kehadiran sang bayi. Dia dapat mendengar tangisan bayi perempuannya menggema di ruang operasi itu. Senyum tipis langsung terurai dari bibirnya. Hingga akhirnya sisa-sisa obat bius itu masih menguasai hipotalamusnya dan  mengambil alih kesadarannya.

Kini sang bayi beranjak dewasa. Detik waktu yang berjalan dengan pasti, membuat sang bayi menginjak usia 18 tahun, belajar mandiri, dan mencoba memahami benang-benang kehidupan. Memahami betapa rumitnya kekusutan sang benang yang ada di kehidupannya. Memahami betapa kuat dan ikhlasnya sang ibu dalam menghadapi kehidupan.

“Ibuku tak pernah menyuruhku ini dan itu di rumah. Tidak seperti teman-temanku yang lain, yang disuruh menyetrika, mengecat rumah, membersihkan kulit ayam, membuang insang ikan, dan pekerjaan rumah lainnya karena ibu mereka letih. Sementara ibu temanku mengeluh dengan pekerjaan rumahnya karena letih, tidak pernah sekalipun aku mendengar ibuku mengeluhkan hal itu,” ujar sang remaja itu pada dirinya sendiri ketika jingga mulai datang menyelimuti sang langit. Angin sepoi-sepoi mengusap mukanya lembut, dan samar-samar suara burung mulai membawa ingatannya kepada ibunya.

Suatu hari sang remaja pernah bertanya pada ibunya, “Ma, apakah hamil itu menyakitkan?”

“Tidak, Nak,” jawab sang ibu dengan yakin.

“Ma, apakah melahirkanku dengan operasi itu menyakitkan?”

“Tidak, Nak. Mama senang bisa melahirkanmu dengan operasi,” jawab sang ibu sambil tersenyum.

Beberapa hari kemudian, saat pembelajaran biologi, dibahas betapa rumitnya hamil itu. Setiap hari selama 9 bulan sang ibu membawa-bawa beban berat kemana-mana. Tidur tak nyaman, salah posisi pun serba sesak. Apalagi bayi yang memiliki posisi tidak normal, sungsang misalnya. Karena posisi kepalanya tetap di atas, paru-paru sang ibu cenderung tertimpa kepala sang bayi, sehingga sang ibu seringkali kesulitan untuk bernapas. Belum lagi ketika sang ibu harus melalui proses yang bernama operasi Caesar. Memang, ketika melahirkan tidak terlalu terasa sakitnya karena dibius. Tetapi, proses sembuhnya jahitan pasca operasi akan jauh lebih lama dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan cara normal.

Tak lama kemudian, sang guru menampilkan video bagaimana operasi caesar itu berlangsung. Dimulai dari perut mulus yang disobek dengan indahnya oleh tangan berlapis lateks, darah yang perlahan mengucur, daging yang terlihat nyata, proses pengeluaran sang bayi, hingga benang-benang yang terbuat dari logam mulai menembus bekas sobekan pisau tadi dan ditarik-tarik dengan menggunakan bantuan tang. Alhasil, perut itu kembali menyatu, meski tak sesempurna semula.

Melihat prosesnya saja rasanya sudah sangat sakit. Bayangkan saja, ketika tangan kita tergores pisau saja, rasanya sudah sakit. Apalagi ketika pisau itu menembus kulit dan membelah daging kita. Sang remaja itu terdiam. Hatinya tergetar. Matanya perlahan panas dan kabur. Kehangatan mulai menyelimuti kelopaknya. Dikepalkan tangannya untuk menahan kekesalan, sambil menutup mata. Digigitnya bibirnya agar keharuan itu berkurang, tapi sia-sia. Sang sedih ternyata lebih berkuasa saat itu.

“Mama ga pernah bilang kalo rasanya sesakit itu. Maafkan aku karena baru tau ma,” ucapnya dalam hati. Kamu tahu? Sang ibu itu adalah ibuku. Seorang ibu yang tak pernah mendeklarasikan tentang kesulitan apapun di depanku. Beliau memang tidak pernah mengelu-elukan bahwa beliau menyayangiku. Kisahnya juga memang tak seheroik ibu-ibu yang ada di novel dan buku-buku, tapi lebih dari itu. :)

Dalam diam, aku tahu, dia mencintaiku. Dan diam-diam, aku mulai terbiasa dan menikmati cinta dalam diam itu. :')




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline