Rupiah masuk dalam mata uang terendah di dunia tahun 2022. Dalam sejarahnya, mata uang Indonesia, rupiah, tidak pernah terapresiasi pada dolar Amerika tiap tahunnya.
Kurs dolar terhadap rupiah pada tanggal 25 Mei 2022 menyentuh Rp14.615,90/US$. Sebelumnya, pada tanggal 20 Maret 2020, kurs dolar terhadap rupiah terdepresiasi hingga menembus Rp16.057,50/US$, dan ditutup pada tanggal 26 Maret 2020 sebesar Rp16.275/US$ padahal pada bulan sebelumnya, rupiah berada pada Rp13.600/US$. Kenaikan sebesar 17% hanya dalam satu bulan.
Sepanjang sejarah rupiah, ini merupakan kali kedua rupiah menembus Rp16.000/US$. Pertama kali rupiah menembus Rp16.000/US$ adalah pada saat krisis moneter 1998, dimana pada bulan Juli 1998 rupiah menyentuh angka Rp16.650/US$.
Segala kebijakan pemerintah selalu bertujuan untuk menaikkan nilai rupiah terhadap dolar. Namun, teori-teori yang ada tidak selamanya relevan dengan kasus yang terjadi di dunia nyata. Lalu, apa yang membuat rupiah selalu melemah terhadap dolar?
Faktor yang melatarbelakangi kurs suatu negara
Pertukaran antar mata uang akan menentukan nilai tukarnya. Dalam pertukaran mata uang, hukum demand dan supply sangat berpengaruh. Ketika banyak orang yang menukarkan rupiah ke dolar Amerika, maka permintaan (demand) dolar Amerika meningkat sehingga nilainya menjadi tinggi dan rupiah melemah.
Begitupun sebaliknya, ketika banyak orang yang menukarkan dolar Amerika mereka ke rupiah, maka permintaan (demand) rupiah meningkat sehingga rupiah menguat dan dolar Amerika melemah.
Ada tiga faktor yang melatarbelakangi pertukaran mata uang antar negara.
1. Prospek investasi
Investasi yang dimaksud adalah segala investasi dalam bentuk deposito simpanan, bisnis sektor riil, infrastruktur, saham, dan obligasi. Semakin baik prospek investasi di suatu negara, maka semakin banyak orang yang menukarkan mata uang mereka dan berinvestasi di negara tersebut. Indikator prospek investasi yang baik adalah adanya kestabilan politik dan ekonomi, dan suku bunga yang tinggi.