Diskursus Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler
Adolf Hitler dikenal sebagai salah satu pemimpin yang membawa dampak besar dalam sejarah dunia, terutama dengan ideologi Nazi yang ia sebarkan di Jerman pada abad ke-20. Gaya kepemimpinannya yang totaliter, ideologinya yang ekstrem, dan kebijakannya yang otoriter membuatnya menjadi figur yang kontroversial.
Dalam tulisan ini, kita akan membahas gaya kepemimpinan Hitler, mencakup tiga aspek utama: apa yang menjadi dasar kepemimpinannya (What), alasan ia memilih gaya kepemimpinan tersebut (Why), dan bagaimana ia menerapkan gaya kepemimpinan tersebut (How).
1. Apa yang Menjadi Dasar Kepemimpinan Hitler (What)
Gaya kepemimpinan Hitler berakar pada ideologi Nazi yang dianut oleh Partai Pekerja Nasional Sosialis Jerman, yang aktif antara tahun 1920 hingga 1945. Partai Nazi, di bawah kepemimpinan Hitler, menerapkan prinsip-prinsip yang berfokus pada supremasi rasial, anti-semitisme, dan anti-intelektualisme. Prinsip-prinsip ini dijadikan dasar dalam gaya kepemimpinan Hitler:
- Asumsi Rasial dan Pemurnian Ras
Salah satu pilar ideologi Nazi adalah keyakinan akan pentingnya memurnikan ras Arya, khususnya ras Jermanik, yang dianggap sebagai ras unggul. Bagi Nazi, ras ini harus dilindungi dan diperkuat untuk memastikan keberlangsungan bangsa yang kuat dan bersih. Hitler melihat ras yang tidak murni sebagai ancaman terhadap keberadaan ras Jermanik dan berpendapat bahwa ras-ras ini perlu dibasmi.
- Penghapusan Ras yang Dianggap Berbahaya
Hitler meyakini bahwa beberapa kelompok rasial dan sosial, seperti Yahudi, Gipsi, dan orang-orang dengan orientasi seksual tertentu, mengancam kemurnian ras Jermanik dan harus dieliminasi. Pemikiran ini dituangkan dalam bukunya, Mein Kampf , yang memuat keyakinannya bahwa ras manusia harus dipisahkan sebagaimana hukum alam, dan bahwa campur tangan dengan ras lain adalah dosa terhadap kehendak Tuhan.
- Anti-Intelektualisme
Hitler menolak segala bentuk intelektualisme yang tidak sesuai dengan ideologi Nazi. Ia menganggap kemajuan intelektual sebagai ancaman terhadap stabilitas dan persatuan yang ingin dibangun. Karena itu, Hitler mengendalikan ruang publik dengan sangat ketat, menghilangkan kebebasan berpikir, dan mempromosikan propaganda sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
2. Alasan di Balik Pilihan Gaya Kepemimpinan Hitler (Why)