Lihat ke Halaman Asli

Ambon...Ga Cuma Pisang Ambon!

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14243313612098232680

Ini artikel pertama yang berhasil, dengan bermodalkan nekat dan dukungan dari beberapa teman, aku selesaikan dan publish untuk umum. Sebelumnya aku hanya berani eksis nulis dyary, resep masakan, dan yang pasti eksis nulis status FB. Beranjak dari rasa resah campur gemes karena beberapa temen yang berkunjung ke Ambon, hanya sekedar transit di Pulau Ambon. Kebanyakan niatnya pengen ke pulau-pulau di sekitar ambon,bukan di Pulau Ambonnya. ketika ditanya, "Ga mo keliling di sini dulu?' Jawabnya semua hampir sama, "Ha? emang ada apaan di Ambon?". Helloww...Ambon tuh ga cuma ada pisang Ambon doangg mas brohh!

So here we go...*tarik napas*

Pindah ke Ambon….perasaan cemas dan takut ketika rencana ini diutarakan oleh suami. Bayangan kerusuhan, bom, dan mayat bergelimpangan melintas di benak dengan segera. Ni pulau horror banget sepertinya. Bukan rahasia umum lagi jika kerusuhan di Ambon itu menjadi yang paling lama dan sulit diredakan di Indonesia, berlangsung dari tahun 1999 – 2011, meskipun on-off. Dan meski sekarang sudah tidak terjadi lagi tapi tetep aja horror! Jangankan bom, denger petasan aja jantung ini langsung berdangdut, sekujur tubuh kedutan tiada henti. Apa lagi liat mayat? Mayat orangg! Bukan mayat ayam yang bergelimpangan di area daging di pasar, yang bahkan untuk motongnya aja aku sering berbisik, “Maaf ya Yam…”-- Ah pokoknya seperti akan pindah ke area pelatihan perang, tempat buang nuklir dan  rudal. Dan aku yakin banget itu juga yang ada di benak hampir semua penduduk Indonesia yang belum pernah ke Ambon.

Akhirnya hari H itu pun tiba. Goodbye Jekardah and welcome Ambon, this time for good. Kesan pertama melihat Bandara (Airport) nya berasa di daerah terpencil dan  sempet ga yakin, apa ini masih di Indonesia? Sampai pusing clingak clinguk nyariin papan tulisan “Selamat Datang”, tetep ga nemu juga. Jadi makin perih hati ini (*saking pengen disambut).Meski ternyata ada, cuma sampai sekarang aku belum liat langsung. Keluar dari Bandara Pattimura ga perlu jauh-jauh macam kalo kita lagi di SoeTa. Area bandara nya kecil, terminalnya pun Cuma ada “Kedatangan” dan “Keberangkatan’. Sisi baiknya tidak lelah untuk berjalan cukup jauh dengan semua tentengan di tangan.

Keluhan pun berhenti ketika mobil yang kita naikkin mulai menyusuri jalanan di kota sagu ini. Matahari terasa terik banget tapi angin yang berhembus terasa agak dingin dan sejuk. Beda banget sama angin Jakarta yang terasa anget kaya lagi deket mesin foto kopi. Jalanan sepanjang dari Bandara pun sangat lengang, ga macet mungkin karena ga ada lampu merahnya. Karena jarang sekali, bahkan hampir tidak ada perempatan jalan. Aspalnya bagus dan licinn jarang ada lobang-lobangnya.

[caption id="attachment_369690" align="aligncenter" width="300" caption="ket. : Jalanan lengang di Kota Ambon"][/caption]

Kanan kiri banyak ditanam pohon sagu. Dan yang paling membuatku kagum adalah pemandangan kanan-kiri jalan yang bertolak belakang. Sebelah kiriku adalah warna hijau dari tanaman dari bukit, dan tebing-tebing. Sementara sebelah kanan warna biru muda bercapur biru tua dari Teluk Ambon yang terpapar sepanjang perjalanan.

[caption id="attachment_369692" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Teluk Ambon"]

14243317271840001765

[/caption]

Sebagai orang Jakarta yang biasanya cuma ngeliat Pantai Ancol yang coklat, pemandangan ini menjadi Extravaganza buatku, totally pretty! Seperti remaja yang baru mletek, I instantly fall in love at the first sight to this island!

Dan  di luar dugaan, ternyata aku sangat menikmati tinggal di  Pulau ini. Di Ambon inilah baru aku bisa nikmatin ikan-ikan segar dan aneka sea food yang beraneka ragam. Rasanya emang beda banget ikan-ikan di Pulau Ambon ini. Dan harganya relative murah. Uniknya ikan atau seafood bukan di jual per kilo/ons tapi per grup. Bukan vocal grup yah, tpi maksudnya ikan-ikannya sudah dikelompok-kelompokkan. Dan harga per grup nya cm berkisar 10-20 ribu.

[caption id="attachment_369591" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Grup ikan segar di Pasar Rumah Tiga"]

14242721791889031613

[/caption]

[caption id="attachment_369592" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Pasar Rumah Tiga - section ikan segar"]

1424272276856012651

[/caption]

Belum lagi buah-buahannya, alpukat yang besar-besar aku beli di pasar hanya Rp.1000. Yang paling besar berkisar Rp.3.000-an,  Durian pun harganya dari Rp. 5.000-Rp.15.000/bh. Dan rasanyaaaa? Lekkerrrrrr!!!

[caption id="attachment_369593" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Buah Gandaria "]

14242723441734692226

[/caption]

[caption id="attachment_369594" align="aligncenter" width="300" caption="(penuis) Ikan Cakalang Asap Ambon (Ikang Asar)"]

14242724251979800518

[/caption]

[caption id="attachment_369595" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Pasar Paso, Ambon"]

1424272495964011896

[/caption]

Ga terasa sudah 5 bulan tinggal di Ambon aku pun udah punya beberapa spot favorit. Lupakan mengenai Pantai Natsepa atau Pantai pintu kota yang sudah menjadi icon nya Ambon.  Selain Natsepa dan rujaknya yang sudah terkenal masyur itu, di Ambon banyak hal-hal menarik dan tempat-tempat yang ga kalah eksotis sama yang lain yang udah terkenal. Natsepa menurut aku paling rame dikunjungi karena cuma dipantai ini yang jajanannya paling rame. Mulai dari rujak nya yang terkenal, pisang goreng, kue nagasari nya menurutku paling enakk dari semua kue nagasari yang pernah aku coba.

[caption id="attachment_369613" align="aligncenter" width="300" caption="(penulis) Natsepa - Pasir putih dan landai"]

1424276019347602871

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline