Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Harapan Mulai Redup

Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Prosais

Cahaya Harapan Mulai Redup

Oleh: Cut Nisaul Rafiqa

Seberkas harapan telah menghilang. Menyisakan hamparan-hamparan kekecewaan yang menggunung. Berideologi tentang masa-masa depan yang cerah. Namun kekuatan semangat telah terkubur oleh keadaan.  Menyisingkan waktu sebentar untuk berdiam merancang strategi. Namun tidak fokus menggenggam terlalu erat. Hingga titik terang pupus dan berlalu. 

Kini cahaya hati telah mulai redup. Sengketa jiwa dan akal berperang tiada henti. Dimana puncak kewarasan mulai terprovokasi oleh ketidaknyamanan. Mata yang menatap satu tujuan, buta oleh pikiran yang egois. Setiap hari harus melihat kegelapan pesimis. Tanpa ingin beranjak sedikitpun. Malas yang melanda suatu penghalang pencapaian. Panah-panah ambisi kini mengikis kegagalan. Namun meleset bukan yang tertuju. Akibat terlalu banyak sisi lemah yang bersemayam.

Terlalu panjang lebar berjuang dalam menciptakan cahaya harapan. Tidak akan terlaksanakan dengan baik. Apabila keyakinan masih ragu melangkah untuk menghadapi rintangan. Maka lihatlah cahaya-cahaya harapan akan redup. Tidak akan meninggalkan sisi bahagia. Hanya pertempuran dan perpecahan yang akan membekas. Menyerah, egois, bersikap tidak ingin tahu, maka akan merusak cahaya yang ingin diraih. 

Aceh, 10 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline