Lihat ke Halaman Asli

Mem’publik’aksikan Ruang Publik

Diperbarui: 30 September 2015   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa kita ketahui, di balik kemerosotan rupiah, ternyata saat ini Negara Indonesia sedang menggeliat untuk bangun dan berkembang. Memang tidak sigap, tapi perlahan-lahan langkah itu tercipta. Dalam pembangunan ruang publik, Indonesia mulai menampakkan kekuatan penataan kota yang baik, khususnya pemanfaatan ruang publik di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Jogja, Surabaya dan Ibu kota provinsi lainnya. Pemanfaatan ruang publik kini mulai gencar ditingkatkan sebagai pusat rekreasi, hiburan dan wadah kreatifitas bagi masyarakat. Ruang publik kini ditata dan dikelola dengan sedemikian rupa sehingga menciptakan sebuah gelombang kemajuan baru bagi perkembangan pola pikir masyarakat. 

Ruang publik secara umum merupakan ruang untuk mempromosikan sekaligus menghargai hak untuk berbeda. Ekspresi perbedaan, spontanitas, dan kreativitas adalah bagian dari kehidupan sehari-hari pada ruang publik. Ruang publik harus bebas biaya, bebas dari rasa takut, terbuka untuk berbagai kalangan termasuk orang miskin, dan bebas dari hambatan fisik. Jalan, taman, dan lapangan terbuka adalah ruang publik yang membuat kita kontak dan hidup bersama perbedaan. Kebebasan individu dan kelompok diakui asalkan tidak mengganggu yang lain. Ruang terbuka yang baik adalah yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Singkatnya ruang publik adalah lingkungan yang di peruntukan bagi warga untuk berinteraksi dalam keadaan nyaman dan aman, sehingga memungkinkan sebagai tempat rekreasi yang mudah di jangkau oleh semua kalangan. Jika dilihat dari defininisinya maka ruang publik adalah sebuah tools sederhana yang dapat menggerakkan massa/masyarakat untuk mengubah pola interaksi sosial menjadi lebih baik.

Sebagai bukti, negara-negara maju seperti Jepang, Korea, Amerika, sebagian besar Negara-Negara Eropa dan Timur Tengah telah memaksimalkan pemanfaatan ruang publik sebagai salah satu sarana dan wadah bagi masyarakat untuk mengapresiasikan kreatifitas atau kebutuhan hidup sehari-hari. Jutaan dana dikeluarkan untuk mengubah sebuah perpustakaan biasa menjadi pusat belajar gratis yang lengkap dan nyaman bagi para mahasiswa, dan masyarakat umum. Rekonstruksi besar-besaran untuk memperbaiki taman-taman kota menjadi tempat rekreasi, yang menyediakan sarana olahraga gratis, taman bermain anak-anak, pertunjukan seni jalanan bahkan pusat festival kota sebagai tempat pertunjukan segala kreatifitas warga dari berbagai komunitas dan kalangan.

Sejenak mungkin kita akan berfikir bagaimana sebuah taman rekreasi biasa, perpustakaan, GOR, dan ruang-ruang publik lainnya bisa menjadi penggerak masyarakat utuk menjadi warga yang berpendidikan dan berbudaya. Bagaimana bisa sebuah taman kota bisa menjadi sebuah tolak ukur kesejahteraan sebuah kota itu sendiri. Tahukah kita bahwa ternyata usul-usul setiap kegiatan sosial bermula dari aktifitas-aktifitas sosial di ruang publik itu sendiri, arus informasi dan critical thinking hanya akan muncul ketika diversitas muncul. Perbedaanlah pemicu keberagaman pola pikir untuk memahami sudut pandang yang berbeda. Contohnya adalah ketika sekelompok buruh di kumpulkan bersama dengan buruh, maka pemikirannya adalah bagaimana menjadi yang terbaik diantara para buruh lainnya, akan tetapi ketika kelompok-kelompok ini digabungkan dengan kelompok petani dan nelayan, maka akan terjadi pertukaran informasi tentang bagaiamana sudut pandang lain terhadap kelompok lain. Hal inilah yang memicu munculnya persaingan kritis dan kreatifitas, dan kedua hal itulah yang dibutuhkan SDM kita saat ini.

Setiap harinya dalam lingkungan ruang publik terjadi arus pertukaran informasi dan budaya dalam diversitas setiap kalangan. Kondisi inilah yang diharapkan akan membawa pengaruh yang lebih baik bagi setiap kalangan. Ruang publik adalah operator penggerak massa yang tidak terlihat, namun pasti pergerakannya. Sebagai contoh, mengapa proses urbanisasi gencar terjadi di kota-kota yang memiliki prasarana dan fasilitas yang mendukung? Karena segala kemudahan akan di dapatkan dikota tersebut. Gratis, aman, mudah dan nyaman. Adalah hal mendasar yang akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat, dari semua kalangan.

Mahasiswa contohnya, akan lebih memilih tinggal di daerah perkotaan yang memilki spot-spot wifi gratis, jalur olahraga, dan perpustakaan yang lengkap dengan biaya hidup yang lebih mahal, ketimbang daerah pinggiran yang kesulitan menyediakan semua kebutuhan standar modern, meskipun dengan biaya hidup lebih rendah. Setiap tahunnya masyarakat akan memilih lokasi tempat tinggal yang memungkinkan untuk mendapatkan fasilitas yang nyaman dan memadai. Bahkan ketika fasilitas kesehatan disetiap daerah ditingkatkan tanpa adanyanya ruang publik yang memadai, masyarakat akan tetap memilih untuk mengadu nasib ke kota besar yang memilki ruang publik yang nyaman. Karena tempat yang ramai akan selalu memunculkan setiap peluang baru bagi semua orang.

Secara statistik, kemajuan sebuah kota berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Tanpa kita sadari, ruang publik telah menjadi semacam ikon setiap kota di Indonesia. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat rekreasi, tetapi sebagai tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Semakin baik dan nyaman ruang publiknya, semakin baik pula kualitas kota tersebut. Contohnya saja Bandung yang menjadi pemula dalam mempatenkan ruang-ruang publik unik yang menjadi wadah kreatifitas pemuda kota Bandung sehingga tingkat kesejahteraan warga Bandung pun meningkat, kenapa? Dengan adanya public space yang unik dan nyaman seperti taman musik, taman bioskop, taman fotografi anak-anak muda yang cenderung memiliki semangat dan kreatifitas yang tinggi memiliki sarana-sarana yang tepat untuk menyalurkan minat dan bakatnya secara aman, mudah, dan gratis. Siapapun bisa mengaksesnya. Ruang publik yang nyaman akan memilki banyak pengunjung, dengan demikian terciptalah beberapa lapangan pekerjaan baru bagi sebagian pedagang-pedangang kecil dan anak-anak muda yang ingin menjual produk  produk kreatifitas mereka.

Bisa dibayangkan, jika setiap daerah di Indonesia mampu menyediakan ruang publik yang nyaman dan aman, maka akan banyak peningkatan-peningkatan yang akan dicapai oleh setiap daerah tersebut. Kesenjangan yang besar antar pusat kota atau Ibukota dengan dearah pinggiran akan tertutupi dengan pemerataan pembangunan ruang publik di setiap dearah. Jika daerah-daerah pedalaman, dan perbatasan difasilitasi dengan ruang publik yang memadai, maka akan memungkinkan terciptanya pola interkasi sosial di setiap ruang publik yang sediakan pemerintah, seperti perpustakaan, GOR, taman rekreasi dan pusat-pusat kebudayaan seperti museum dan taman bacaan. Siapapun dan dimanapun dapat memilik akses untuk menikmati ruang publik dengan mudah, aman dan nyaman.

Pada tahun ini, PBB mengusung tema “Public spaces for All”, semoga di Indonesia ruang publik benar-benar dapat menyentuh semua ruang masyarakat, baik lingkungan perkotaan maupun lingkungan pinggiran. Karena kemajuan setiap daerah akan ditentukan oleh kemampuan setiap masayarakat untuk berkembang, dan sosialisai dalam berbagai perbedaan pola pikir akan mengasah masyarakat untuk lebih kritis dan mampu menerima ide-ide baru yang dibutuhkan untuk perubahan yang lebih baik. Perubahan yang lebih baik tentunya akan membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline