Mungkin terlihat dari judul, para pembaca artikel ini sudah banyak yang relate mengenai hal tersebut. Terlebih bagi kalangan yang sudah pernah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti proses rekrutmen pekerjaan, mungkin bukan hanya pekerjaan .Tapi, hal ini terjadi pada saya yang waktu itu mengikuti proses rekrutmen untuk volunteer event konser.
Sebelum mendalami apa yang akan dikembangkan dari judul, ada baiknya kita harus mengetahui apa arti subjektivitas agar para pembaca memahami dan mampu merasakan apa yang penulis rasakan melalui tulisan artikel opini ini.
Subjetivitas berarti suatu tafsiran yang berdasar pada pikiran atau perasaan manusia, mengapa subjektivitas dikaitkan dengan proses rekrutmen pekerjaan?sudah jadi rahasia umum, para pembaca tulisan ini pasti ada yang pernah membaca syarat rekrutmen seperti harus good looking, tidak berhijab, dll.
Hal tersebut pasti menimbulkan tanda tanya di kepala kita, terkait akan relevansi menggunakan hijab dalam melaksanakan pekerjaan. Memang tidak semua syarat rekrutmen pekerjaan memukul rata mengenai unsur subjektifitas yang kita singgung di atas.
Kebanyakan syarat rekrutmen pekerjaan yang terdapat unsur subjektifitas adalah perusahaan atau instansi yang berkaitan dengan jasa, terlebih lagi posisi pekerjaan yang mengharuskan kita untuk berhubungan langsung dengan customer atau biasa kita sebut frontliners.
Bisa kita ambil contoh pekerjaan yang nyata seperti industri perbankan di bagian teller, banyak platform yang mempromosikan rekrutmen pekerjaan posisi teller yang di dalam syarat rekrutmennya ada poin yang membahas mengenai good looking.
Dengan maraknya rekrutmen pekerjaan yang memasukkan poin subjektifitas sudah menjadi normalisasi di kalangan para pencari kerja, namun tidak sedikit yang denial mengenai hal tersebut karena dianggap tidak adil dan justru merugikan job seekers, karena dampak dari poin subjektifitas tersebut membuat job seekers terpaksa mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi diri mereka.
Efek lain yang timbul dan dirasakan beberapa job seekers mungkin rasa kurang pede dan overthinking terhadap kemampuan diri saat mengikuti proses rekrutmen pekerjaan.
Dari opini di atas, subjektivitas dalam proses rekrutmen pekerjaan masih tergolong hal yang dapat di normalisasi atau tidak?jika tidak,lantas langkah apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir hal seperti itu.
Hal tersebut mungkin tidak bisa hilang sepenuhnya,maka langkah yang tepat untuk diambil adalah meminimalisir hal itu, bagaimana caranya? Harus menerapkan edukasi kepada pihak atau instansi yang ingin mencari pekerja untuk menulis syarat atau kualifikasi diri tidak segamblang dari yang biasa dilakukan yaitu ditulis langsung di syarat rekrutmen pekerjaan.
Sebaiknya pihak HRD atau bagian yang bertanggung jawab atas proses rekrutmen melakukan kegiatan rekrutmen dengan memasang syarat tanpa disertai poin yang mengandung unsur subjektifitas, seperti: good looking, dsb.