Untuk terakhir kalinya senyuman itu kulihat sebelum hirap
Bukan senyum yang diharap, karena setelahnya aku kan meratap.
Burung besi membawamu terbang bersama hati yang pernah mengisi ruang
Tak ada kata berpisah yang terucap hanya maaf
Matamu nanar memandang, jiwaku getar meradang.
Aku sadrah merapal serapah
Kenapa harus berakhir dalam getir.
Sekali ini saja, bisakah kamu membantah titah mereka
Karena sejatinya kamu bukan Siti Nurbaya
Pendirianmu kukuh, tekadmu teguh
Tapi kenapa kamu sedia atas pinta hati yang tak dikehendaki.