Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Tanoto

Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Perempuan dan Toleransi Beragama

Diperbarui: 27 Maret 2023   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi toleransi beragama. Sumber: www.klikwarta.com

Perbedaan agama dan cara memahami ajarannya kerap menjadi pertentangan di berbagai belahan dunia. Konflik semacam ini tidak hanya terjadi antar negara, tetapi juga terjadi di dalam masyarakat. Namun, di tengah kompleksitas konflik ini, ada perempuan-perempuan yang dinilai berhasil menjaga toleransi antar umat beragama di tengah-tengah masyarakat yang heterogen.

Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mendedikasikan hidup mereka untuk menjaga keberagaman dan perdamaian. Salah satu contoh perempuan yang mampu menjaga toleransi beragama adalah Tinem, seorang pengurus rumah tangga yang tinggal di kawasan perkampungan di Jawa Tengah.

Meski kawasan tempat tinggalnya beragam latar belakang agama dan etnis, Tinem berhasil menghadirkan harmoni dan kedamaian di lingkungannya. Ia kerap mengadakan acara dan kajian yang dihadiri oleh warga dari berbagai latar belakang agama dan etnis. Kegiatan tersebut bukan hanya dihadiri oleh perempuan, tetapi juga kalangan laki-laki. Tinem meyakini bahwa dengan mengenal dan memahami agama dan kebudayaan yang berbeda, maka warga di lingkungannya bisa saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Kegiatan Tinem ini sangat memengaruhi pandangan masyarakat sekitar. Sebab, keberadaannya yang selalu menyuarakan perdamaian membuat warga sekitar merasa aman dan nyaman. Mereka yang berasal dari berbagai agama dan suku bisa hidup bersama dengan damai dan harmonis. Tinem adalah salah satu contoh perempuan yang berperan dalam menjaga toleransi beragama.

Tidak hanya di Indonesia, di berbagai belahan dunia, terdapat banyak perempuan yang juga berperan dalam menjaga toleransi beragama. Sebagai contoh, di Mesir, ada seorang perempuan bernama Basma aktivis di lembaga nirlaba yang konsen membela hak-hak perempuan dan anak-anak. Ia juga memperjuangkan hak-hak minoritas agama di negaranya.

Basma adalah seorang Muslim, tetapi ia sangat menghargai hak-hak dan keyakinan agama yang berbeda. Ia sering mengadakan pertemuan dengan warga dari agama yang berbeda untuk saling bertukar pikiran dan memperkuat toleransi antar agama.

Perjuangan Basma bukan tanpa tantangan. Di Mesir, ketegangan antar agama sering terjadi. Namun, Basma dan para aktivis lainnya terus memperjuangkan toleransi beragama meski harus menghadapi rintangan dan bahaya. Mereka sadar betul bahwa perjuangan mereka adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Selain itu, ada pula perempuan yang menjaga toleransi beragama melalui pendidikan. Mereka membangun sekolah yang menerima anak-anak dari berbagai agama dan latar belakang etnis. Di sekolah-sekolah tersebut, anak-anak diajarkan untuk menghargai dan menghormati agama dan kebudayaan yang berbeda, sehingga mereka bisa hidup dalam harmoni dan perdamaian di kemudian hari.

Perempuan yang berperan dalam pendidikan seperti ini adalah Fatima, seorang pendidik di suatu sekolah di Beirut, Lebanon. Di sekolahnya, ia terlibat mengembangkan program pendidikan yang menghargai dan menghormati keragaman agama dan budaya. Ia tidak jarang mengenalkan siswanya untuk berkunjung ke tempat-tempat ibadah agama yang berbeda untuk memperkuat pemahaman tentang toleransi beragama.

Fatima menyadari bahwa pendidikan merupakan kunci penting untuk memperkuat toleransi beragama di masyarakat. Melalui pendidikan, anak-anak bisa diajarkan untuk memahami keberagaman dan membangun rasa toleransi. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan untuk menghargai agama dan kebudayaan yang berbeda akan menjadi seseorang yang lebih terbuka dan berpikiran luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline