[caption id="attachment_219354" align="alignleft" width="300" caption="Fasilitas tempat duduk dalam gerbong Kereta Api"][/caption] Beberapa hari yang lalu, ketika saya menaiki salah satu transportasi massal yang berlaku di Indonesia -- Kereta Api. Sungguh, kondisi yang terkreasi di setiap lini gerbongnya ramai seperti biasanya -- apalagi saat itu waktu pulang jam kerja. Alhasil, penumpangnya membludak dan banyak yang berdiri, termasuk saya. Padahal KA yang saya naiki adalah strata paling baik (berdasarkan quantity harga, kualitas berbanding lurus dengan harga), tetapi tetap saja penumpangnya penuh dengan segala kehiruk-pikukannya. Ada satu momentum yang seharusnya menjadi keberuntungan bagi saya. Sebenarnya saya berkesempatan untuk duduk pada saat penumpang yang sebelumnya duduk meninggalkan kursinya, untuk turun di salah satu stasiun. Namun, hal itu tidak saya lakukan dengan segera. Kemudian, salah seorang penumpang yang juga berdiri, berinisiatif melewati dan mendorong saya dan mulai duduk dengan sigapnya. Padahal saya lah yang paling dekat dengan tempat duduk yang kosong tersebut. Namun, saya tidak marah terhadap penumpang tersebut. Karena, memang ada alasan tersendiri, mengapa saya tidak mengambil kesempatan tersebut. Padahal jarak tempuh stasiun tempat saya berhenti masih cukup jauh. Alasan saya tidak segera mengambil kesempatan itu -- menduduki bekas kursi penumpang yang baru pergi tersebut -- tidak lain karena alasan kesehatan. Setelah penumpang yang sebelumnya menduduki kursi tersebut pergi, saya melihat ada bercak keringat yang tertinggal di kursi tersebut. Inilah mengapa saya mengurungkan niat saya untuk duduk di kursi tersebut. Mungkin orang lain akan mengira dan mengatakan saya sok bersih, terlalu hyper protektif, dan sebagainya. Namun, yang saya lakukan itu adalah sebagai bentuk antisipasi, kewaspadaan, dan pencegahan dari sesatu hal yang efeknya membahayakan jika saya mengambil option tersebut. Mengapa dapat membahayakan?! Berdasarkan referensi ilmu perkuliahan yang saya peroleh, mengenai sanitasi kesehatan manusia dan lingkungan. Merujuk hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi ternama dunia untuk bidang kesehatan dan kedokteran, seperti Columbia University, University of California San Francisco, Stanford University, Yale University, dan Harvard University. Diketahui bahwa salah satu penyebab penularan penyakit antar manusia, juga terdapat pada fasilitas umum yang digunakan publik, termasuk kendaraan. Dan, salah satu faktor inputan penularan penyakit, yang biasanya kebanyakan orang menganggap remeh, namun memilki kualifikasi tingkatan tinggi berbahaya, yakni kursi atau tempat duduk kendaraan. Mengapa demikian?! Kursi atau tempat duduk penumpang adalah fasilitas yang menjadi mediasi pemicu tempat penularan penyakit. Berdasarkan sebuah riset yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat banyak sumber mikroorganisme patogen (negatif) di kursi bekas penumpang, yang dapat menjadi sumber penyebaran jenis penyakit tertentu, misalnya Hepatitis, Bronkhitis, penyakit lapisan kulit (seperti lepra atau kusta, dan penyakit kulit lainnya), serta penyakit lainnya yang dapat menular melalui keringat dan udara. Kursi yang baru diduduki oleh bekas penumpang, masih memilki inputan bawaan dari si penumpang, misalnya keringat, suhu badan, dan inputan yang tak langsung. Semua inputan tersebut dapat menjadi transfer dan sumber penyakit bawaan penumpang. Makanya biasanya ketika kita menduduki kursi bekas penumpang sebelumnya, akan terasa hangat pada bagian tubuh kita yang menempel di kursi tersebut. Jika daya tahan tubuh kita tidak baik, maka tidak menutup kemungkinan sumber inputan penyakit bawaan penumpang sebelumnya, dapat menular kepada kita. Sebenarnya tempat-tempat umum dan fasilitas umum publik sangat rawan terhadap permasalahan ini. Khusus untuk masalah yang diangkat dalam tulisan ini -- Hati-hati, Menduduki Kursi Bekas Penumpang Kendaraan!. Kebanyakan orang biasanya tidak terlalu perduli dan memperhatikan mengenai kursi kendaraan sebagai fasilitas yang umumnya digunakan di kendaraan. Padahal, ternyata memiliki hubungan kausalitas yang berdampak pada kerugian dan dampak negatif bagi si pemakai, yakni masalah kesehatan. Sebenarnya beberapa alternatif pencegahan bisa kita lakukan, misalnya sebelum kita duduk, alangkah baiknya kita membersihkan tempat duduk tersebut dengan menyemprotkan alkohol atau spray pembersih kuman (turunan alkohol), serta meletakkan alas (misalnya kertas koran) di atas kursi tersebut. Dan, jangan langsung menduduki kursi bekas penumpang sebelumnya, karena masih ada sisa suhu (hawa) tubuh penumpang sebelumnya, yang dapat terserap dengan cepat ketika kita mendudukinya -- karena itu, biarkan dahulu beberapa waktu, setelah itu baru mulai mendudukinya, yang alangkah baiknya jika dilakukan dahulu cara yang sebelumnya telah dijelaskan. Kemudian, dalam kasus dan kejadian yang saya alami di atas, sebaiknya membawa tempat duduk sendiri yang portable (mudah dibawa ke mana-mana) dan tentunya yang praktis. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa saya tidak mengambil kesempatan untuk duduk di kursi tersebut, pada saat kejadian berlangsung. Di tulisan saya sini, saya hanya mencoba berbagi informasi dan transfer pengetahuan, sungguh tulisan ini bukan bermaksud bersifat provokatif dan menakut-nakuti pembaca sekalian. Namun, melalui tulisan ini juga, ikut membenarkan dan menyebarkan sebuah slogan atau jargon, bahwa Mencegah itu lebih baik daripada mengobati! [*CV] Note : Sumber gambar ada di sini --------------------------------------------------- Mencegah lebih baik daripada mengobati! Salam Antisipasi, [CV]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H