Ehm.... hay friend....., aku tadi jalan" didekat rumah nii.cu. Ternyata disana kebetulan ada acara "Tegal Desa" (sejenis acara sedekah bumi memberi ucapan Syukur dan Terimah kasih kepada Allah yang telah memberi segalanya bagi kesejahteraan desa) dan kali ini di peringati dengan pagelaran seni wayang kulit/pupet (tapi ku gag tahu judul lakonnya :D) xixixi...... Gag apa lah..., ngomong-ngomong soal wayang ada hal yang menarikdari tokoh pewayangan yaitu biasa disebut "PUNAKAWAN" dengan personil Petruk, Gareng, Semar dan Bagong ini merupakan karakter wayang Mahabarata asli Indonesia. Karena Tokoh Punakawan adalah gubahan para Wali (Wali Songo) dalam asimilasi budaya antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Para Tokoh dalam kelompok Punakawan ini memiliki karakter yang justru harusnya banyak dijadikan teladan karena mewakili simbol kerendah-hatian dan penebar hikmah. Dibandingkan karakter pewayangan yang lain yang harus dengan aturan, tokoh Punakawan lebih tampil bebas dan apa adanya, mewakili keseharian profil manusia pada umumnya. Ok friend, saya akan coba kasih tahu filosofi satu-persatu dari tokoh Punakawan (seperti yang didonggenin bapakku, hehehehe... PissMan). Are you ready..... Fist. Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa Arab yakni Ismar, dalam lidah jawa menjadi Semar, Ismar bermakna PAKU, tokoh Semar menjadi pengokoh (paku) terhadap ajaran kebenaran, atau menjadi penasihat atas pencarian kebenaran terhadap segala permasalahan. Agama adalah pedoman hidup manusia, dan Semar adalah simbol dari perinsip hidup setiap manusia. Second. Dari tokoh "Gareng" yang mempunyai nama lengkap Nala Gareng, diadaptasi dari kata Naala Qariin, yang dalam lidah jawa lantas menjadi Nala Gareng, yang memiliki arti memiliki banyak teman, sebagai juru dakwah meyebarkan kebenaran, para aulia tentu berharap mendapatkan sebanyak mungkin teman (ummat) agar mengikuti kejalan kebenaran dengan sikap arif dan niatan mulia. Third. Berikutnya "Petruk" yang diadaptasi dari kata Fatruk, merupakan pangkal dari wejangan tassawuf yang berbunyi “Fat-ruk kulla maa siwaLLaahi” yang artinya tinggalkan semuanya kecuali Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi pegangan dan watak utama dari para wali dan aulia. Petruk juga sering disebut sebagai Kathong Bolong, yang memiliki arti Kantung yang berlubang, yang bermakna bahwa setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang. Last. Yang terakhir Bagong, diadaptasi dari kata Baghaa yang memiliki arti berontak terhadap kebhatilan dan keangkara murkaan. Bagong merupakan bayangan Semar namun memiliki karakter lancang dan suka berlagak bodoh, seperti halnya sifat manusia yang terkadang meski sudah mengetahui akan suatu kebhatilan namun masih lancang mencoba dan berlagak bodoh saat melakukannya. Ohh ya friend..., jika setiap orang memiliki pada umumnya dan Wakil Rakyat pada Khususnya betapa damainya negeri ini, jauh akan hal-hal yang buruk. Etika tertata, sifat peduli sesama juga terjalin pasti Indonesia akan berubah menjadi baik. Kenapa yaa orang-orang kita tidak mencontoh karakter asli Indonesia yang memberi teladan yang baik??? Mungkin kita sudah lupa dan tidak peduli terhadap budaya kita. (cumapian). Source: Rudi Zamroni cumapian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H