Lihat ke Halaman Asli

Fuad Hasan

Mahasiswa

Pilkada 2024 semakin dekat, serangan Fajar mulai meluncur

Diperbarui: 28 November 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumen pribadi

Pilkada serentak 2024 menjadi momentum penting bagi demokrasi Indonesia. Namun, di balik semangat pesta demokrasi, ada bayang-bayang buruk yang kembali muncul: praktik "serangan fajar." Istilah ini merujuk pada pemberian uang atau barang untuk mempengaruhi pilihan pemilih pada hari pemungutan suara. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun sistem pemilu kita semakin modern, tantangan dalam menjaga integritas demokrasi masih besar.  

Sumber:Bing image creator

Serangan Fajar: Tradisi Lama yang Masih Bertahan

Serangan fajar bukanlah hal baru dalam politik Indonesia. Sejak era Orde Baru hingga kini, praktik ini terus menjadi senjata para calon yang ingin memenangkan suara dengan cara instan. Strategi ini sering menyasar kelompok masyarakat rentan, seperti warga di daerah pedesaan atau golongan ekonomi lemah. Dengan iming-iming uang tunai atau sembako, pemilih diajak untuk "menjual" suara mereka, yang sebenarnya merupakan hak mereka sebagai warga negara.  

Sumber:Bing image creator

Mengapa Serangan Fajar Masih Terjadi?

1. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

Kemiskinan menjadi salah satu faktor utama yang membuat masyarakat rentan terhadap bujukan serangan fajar. Uang tunai atau bantuan barang dianggap sebagai solusi jangka pendek atas kebutuhan hidup.  

2. Kurangnya Pendidikan Politik

Banyak pemilih yang masih belum memahami pentingnya memilih berdasarkan visi, misi, dan integritas calon, bukan dari uang yang diterima.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline