Lihat ke Halaman Asli

Komunikasi Politik Kaitannya dengan Pemilik Media

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pendahuluan.

Media massa memiliki peranan penting dalam dalam proses politik. Ia merupakan tokoh sentral dalam aktivitas politik. Bahkan menurut Lichtenberg, media merupakan aktor utama yang dapat membuat karier politik seseorang menjadi cemerlang.

Melalui media massa kita dapat mengetahui aktivitas para politisi entah itu mengenai visi dan misinya atau pemikiran-pemikirannya, kewibawaan dan kebijaksanaannya, maupun bagaimana fisiknya. Media berisi banyak informasi dan pendapat tentang politik.

Ada beberapa teori komunikasi yang berkaitan erat dengan politik dan dapat dijadikan acuan untuk melihat kekuatan ataupun kelemahan media dalam memersuasi masyarakat dalam hubungannya dengan aktivitas politik. Menurut Teori Agenda Setting, media memberikan pengaruh yang amat besar terhadap khalayak dalam pemilihan presiden melalui penayangan berita, isu, citra, maupun penampilan kandidat itu sendiri. Dalam menonjolkan isu, citra, dan karakteristik tertentu kandidat, media ikut serta memberikan sumbangan yang signifikan dalam membentuk pola pikir publik dalam pengambilan keputusan dalam memilih kandidat.

Pembahasan

Tidak dapat dipungkiri lagi, kekuatan media massa dalam pembentukan opini publik menjadi sebuah senjata baru dalam perang politik untuk meningkatkan elektabilitas dalam sebuah pemilu demokratis. Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa-peristiwa politik sering memberi dampak yang amat signifikan bagi perkembangan politik suatu negara. Media berperan bukan saja sebagai sumber informasi politik, melainkan juga kerap dijadikan alat politik untuk mendongkrak popularitas aktor politik tertentu melalui fungsi agenda settingnya. Penggunaan media massa adalah cara yang sangat memungkinkan untuk ‘bertemu langsung’ dengan target pemilih melalui representasi media massa baik cetak maupun elektronik.

Di Amerika Serikat, politisasi media massa sudah berlangsung dalam jangka waktu yang lama bahkan sejak media massa mulai popular di negara ini pada awal abad ke 20. Pemirsa TV di Amerika Serikat sudah sangat paham di stasiun TV apa mereka akan melihat kubu demokrat lebih banyak bicara dan di stasiun TV apa mereka akan menyaksikan pemberitaan yang cenderung mendiskreditkan pemerintah. Semua bergantung pada siapa si pemilik media menggunakan hak suaranya untuk Pemilu.
Kenyataan ini disadari betul oleh pelaksana politik praktis di Indonesia, lebih-lebih jelang gelaran pesta demokratis terbesar rakyat Indonesia pada 2014 mendatang. Konstelasi politik perebutan kursi kepresidenan kini diwarnai oleh keikutsertaan pelaku-pelaku industri media. Sudah menjadi rahasia umum bahwa alasan Wiranto menggaet Hari Tanoesodibjoe sebagai tandemnya dalam Pemilu 2014 adalah untuk mendapatkan dukungan jaringan industri media terbesar di Asia Tenggara, MNC Group, milik Hari Tanoesudybio. Begitupula dengan alasan Surya Paloh mendirikan Partai Nasional Demorat (Nasdem), adalah karena ia percaya kekuatan media yang ia miliki, dalam hal ini Metro TV dan Jawa Pos Group mampu mendongkrak elektabilitas calon yang diusung partainya dalam Pemilu. Hal yang sama juga dilakukan Aburizal Bakrie melalui Grup Viva yang menguasai Andalas TV (ANTV) dan TV One.
Bila melihat afiliasi politik para pemilik stasiun televisi di Indonesia hampir semua dipastikan partisan. Sebagai aktor politik, para pengusaha televisi tersebut tidak akan terlepas dari kepentingan-kepentingan politik. Aburizal Bakrie, misalnya, secara terang-terangan sudah menyatakan akan maju sebagai calon presiden Republik Indonesia pada tahun 2014 mendatang.  Demikian juga Surya Paloh, sekalipun tidak akan mencalonkan diri sebagai capres 2014 melalui partainya namun dapat dipastikan jaringan-jaringan media yang dimilikinya akan dijadikan kendaraan politik untuk memenangkan Pemilu.
Politisasi media televisi yang dilakukan konglomerat media inipun sangat jelas dilakukan. Surya Paloh, hampir semua kegiatan kepartaiannya ditayangkan televisi miliknya Metro TV. Demikian juga Harry Tanoesoedibyo, kerap muncul sebagai seorang politisi dalam tayangan televisi yang tergabung dalam MNC Grup. Hal serupa dilakukan Aburizal Bakrie  di TV One dan ANTV.

Berbagai modus dilakukan para politisi sebagai pemilik media tersebut. Antara lain melalui tayangan iklan layanan masyarakat, iklan politik, liputan kegiatan, dan pembingkaian dalam siaran pemberitaan. Upaya pembingkaian berita, misalnya, dilakukan dengan cara menumbuhkan citra positif partai atau pribadi dan kritik yang berlebihan terhadap pemerintahan. Akibatnya dapat dipastikan, berbagai propaganda sangat mungkin dilakukan dalam rangka meningkatkan elektabilitas calon yang didukung oleh sebuah media baik itu dengan mendiskreditkan pemerintahan untuk menarik simpati masyarakat atau bahkan "black campaign" untuk menjatuhkan calon-calon lain.

Politisi media merupakan sebuah keprihatinan bagi seluruh masyarakat Indonesia apalagi mengingat tingkat kedewasaan masyarakat Indonesia masih kurang dalam menghadapi isu media. Media sebagai institusi hadir dan bergerak dalam ranah publik (public sphere), oleh karenanya keberadaan media seharusnya tidak lepas dari kepentingan publiknya itu sendiri. Segala kepentingan di luar publiknya terutama yang dominan dapat mendistorsi proses komunikasi sehingga publik teralienasi dari kepentingannya sendiri dan terciptalah kesadaran palsu (Maryani, 2011 : 41). Dengan demikian, media massa seharusnya ‘serve’ atau melayani warga Negara tersebut dan bukannya menjadikan target politik potensial dengan dalih mengikuti mekanisme pasar dan perkembangan teknologi penyiaran.

Penutup

Komunikasi dan politik merupakan suatu kajian yang saling mencakupi dan menyatu. Komunikasi politik telah ada sejak manusia berpolitik dan berkomunikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwasanya komunikasi politik membahas mengenai pendapat umum, media massa, kampanye dan lain sebagainya. Komunikasi politik sangat berkaitan erat dengan sistem politik, karena di dalam pelaksanaannya komunikasi politik saling memiliki hubungan di antara sub-sub yang terdapat dalam sistem politik. Di dalam melaksanakan sebuah sistem politik maka diperlukan adanya suatu komunikasi politik dalam pelaksanaannya. Bisa dikatakan bahwa komunikasi politik merupakan suatu fungsi dalam sistem poltik dan juga sebagai syarat bagi terciptanya dan berlangsungnya fungsi-fungsi lainnya. Oleh karena itu komunikasi politik sangat mempengaruhi suatu negara.

Media massa juga berperan penting terhadap kecemerlangan karier seseorang di bidang politik, Dapat dikatakan bahwa media massa merupakan tokoh sentral dalam aktivitas politik. Beberapa teori-teori komunikasi berkaitan dengan aktivitas politik. Media dengan kuat dapat mempengaruhi perspektif masyarakat sehingga para politisi sangat memanfaatkan media untuk menarik perhatian masyarakat.Jadi, media dan politik sangat erat kaitannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline