Tidak pernah terdengar pada 2 dekade yang lalu ketika seorang remaja membawa ponsel pintar setiap saat, dimana terus-menerus memeriksa berbagai profil media sosial mereka.
Saat ini, media sosial tampaknya menjadi bagian terpenting dari kehidupan remaja. Banyak remaja menggunakan platform populer seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter dan TikTok.
Menurut data Reportal pada Februari 2022 Indonesia memiliki 197,4 juta pengguna aktif media sosial[1]. Demografi lebih detil pada data tersebut menampilkan sebanyak 11,5% berusia 13-17 Tahun, dan 32% berusia 18-24 Tahun.
Menurut WHO (Who Health Organization) remaja merupakan periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) usia remaja berada dikisaran usia 15 sampai 24 tahun[2].
Total jumlah dari kedua kelompok usia remaja pada data Reportal menunjukan pengguna aktif Media Sosial di Indonesia sebanyak 43,5% atau sekitar 85,9 juta pengguna.
Remaja dapat memperoleh manfaat dari ketersediaan media sosial karena memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi yang bermanfaat meski tinggal berjauhan. Mereka juga bisa mendapatkan kenalan baru dan berpotensi mendapatkan bantuan dari remaja lain saat mereka membutuhkannya.
Namun, media sosial mungkin memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan mental remaja, seperti membuat mereka merasa berkewajiban untuk daring sepanjang waktu atau mengekspos mereka pada kemungkinan perundungan siber, yang keduanya dapat berdampak negatif pada kebahagiaan dan harga diri seorang remaja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sehat berarti baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, yang mendatangkan kebaikan pada badan, sembuh dari sakit, baik dan normal (tentang pikiran)[3]. Sedangkan kata mental memiliki arti bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga[4].
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya[5].
Meskipun menghentikan penggunaan media sosial sepenuhnya adalah sebuah pilihan, orang tua dan remaja seharusnya bekerja sama untuk menetapkan batas waktu yang masuk akal untuk menggunakan media sosial karena penggunaannya dapat mengandung efek positif pada kesehatan mental juga.