Lihat ke Halaman Asli

CukLanang

Happy Our Hunting

Kejanggalan Seleksi Duta Museum Jateng 2016

Diperbarui: 25 September 2016   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber img : http://museum-ranggawarsita.jatengprov.go.id

Seorang kawan tak bisa menutupi kesedihannya saat namanya tak tercantum dalam seleksi DumusJateng 2016 yang diumumkan siang tadi (22/9). Betapa tidak, kawan saya ini punya persiapan extra dalam mengikuti kontes duta tahunan di Jawa Tengah ini. Dari upayanya kejar job demi kumpulin dana ke Semarang buat kunjungi beberapa museum, numpang bermalam di rumah teman, hingga meluangkan waktu khusus saat menuliskan ide tentang pengembangan Museum JawaTengah. Semua demi memenuhi ketentuan yang disyaratkan panitia. 

Jangan tanya soal ide dan tulisan. Sang kawan ini terkenal brilian, boleh di kata punya energi lebih kala bicara ide dan gagasan. Sejumlah penghargaan ia terima berkenaan dengan tulisan, baik sastra, essay, maupun jurnalistik. Beberapa waktu dia juga diminta mengisi pelatihan baik untuk kalangan pelajar hingga mahasiswa. 

Maka, pantaslah saya juga terheran. "Koq bisa kamu ga lolos?". Saya pernah membaca tulisan yang diperuntukkan untuk lomba itu. Dan sekarang ini masih ga percaya dia tak lolos seleksi, padahal jumlah yg diloloskan untuk audisi cukup banyak, ada 116.

Something wrong."Bisa jadi tulisanmu tak dibaca, entah karena nyelip, tak diprint dan dibaca juri, atau apalah, faktor x mungkin." dan Keputusan Juri tak bisa diganggu gugat, setiap juri pasti punya paramater sendiri. Tapi sebeda-bedanya paramater tetap punya standar mutu yang sama, dan tulisannya saya anggap punya kualitas, baik point ide maupun redaksional yang enak dibaca.

Bak tuan pelipur lara, saya coba analisa jalannya seleksi. Tentu hanya sebatas apa yang saya lihat di website dan media sosial. Begini hasil kajian saya :

  • Kontes ini berlangsung tertutup. Publik tidak "diperkenankan" tahu bagaimana tulisan peserta. Asumsi saya, untuk tahap seleksi awal ini pasti yang dinilai adalah tulisan peserta. Tak mungkin tinggi badan, gestur, kecakapan vokal, dll. Seharusnya, jika memang tertutup seenggaknya masih ditayangkan judul   tulisan peserta. Seringkali dari pilihan judul bisa dinilai kualitas penulis tersebut. So, demi menghindari tulisan dijiplak calon peserta  lain (jika alasannya demikian), maka pasca seleksi ini panitia harus FAIR dengan menayangkan judul tulisan seluruh peserta. Syukur lengkap dengan isinya. Dengan begitu publik bisa menilai kualitas penyelenggaraan lomba ini. Dan yang tak lolos seleksi bisa besar hati menerima nasibnya.
  • Pendaftaran kontes via form online google. Asumsi saya no peserta diurutkan berdasar pendaftar yang masuk. Perhatikan nomer perserta yang lolos, nyaris berurutan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 82, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 97, 98, 100, 101, 102, 103, 104, 108, 109, 110, 111, 113, 114, 115, 116, 118, 119, 120, 121, dan 122. Terlihat seluruh peserta yang lolos di bawah nomer 122. Kemana nomer 123-211? (211 adalah klaim panitia atas jumlah peserta). Seringnya saya mengamati kontes-kontes penulisan, baik sebagai peserta maupun penyelenggara, peserta-peserta berbobot muncul di last minute.  Hari-hari terakhir itu banyak dibanjiri peserta. H-2 hingga H tulisan-tulisan bagus masuk. Makanya saya bertanya, kemana nomer peserta 123 - 211? Apakah panitia ga setorin karya mereka ke juri? Atau gagal secara administratif? Masa yang lolos nyaris berurutan dan yang tidak  lolos juga demikian, malah serentengan. Atau mungkin berdasar berkas yang masuk (bukan pendaftar online), tapi ya masak berkas masuk tingkat bagusnya berurutan juga. Masih bertanya kemana berkas 123 - 211 :) . Tapi ini asumsi saya loh. alias subyektif. bisa saja panitia/juri punya metode penomoran berbeda. Entah lah.
  • Ada pengumuman yang berisi  permintaan beberapa nama melakukan pendaftaran. Ceritanya berkas-berkas uda diterima tapi yang bersangkutan belum mendaftar. Untuk seperti ini harusnya uda tidak lolos karena administratif alias gugur! Pendaftar cerdas seharusnya memperhatikan betul syarat demi syarat.
  • Di web, jumlah peserta yang lolos 116 sementara yg tampil di list peserla lolos ada 104, kemana 11 peserta sisanya. Atau mungkin ada revisi tapi tak kunjung diupdate di web.  Hati-hati…Kelambanan / kealphaan seperti ini jadi nilai minus penyelenggara loh. 
  • CP yang tertera ga ada yang bisa dihubungi. Hemm.. Aneh.. Untuk apa nomernya dicantumin di web. 
  • Sempat terjadi pengunduran pengumuman hasil seleksi. Okey, untuk yang ini saya bisa maklumi.  Lomba-lomba besar tak jarang juga melakukan hal serupa. Biasanya karena jumlah peserta yang belum mencapai target, belum turunnya dana sponsor, atau lainnya. Tapi its okay, ndak masalah koq.

1-5 point itu bagi saya masalah banget. Jangan mudah berlindung dengan kalimat keputusan juri bersifat mutlak dan bla bla bla saja sehingga publik tak diberi ruang dalam menilai kualitas lomba ini. Padahal gengsi kontes ini mengikuti lingkup kontesnya yang level propinsi. Ini EO-nya atau jurinya yang bermasalah?

Tertulis 116, tapi di data peserta lolos ada 104.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline