[caption caption="Kompasiana.com"][/caption]
Membaca kompasiana siang ini, ada artikel menarik mata Saya yang indah seperti bola pingpong ini, yaitu artikel dari kompasianer Gustika Jusuf-Hatta berjudul "Menjadi Duta Besar di Negara Kecil", yang setelah Saya baca pelan-pelan dan berulang kali (supaya saya benar-benar isi dan maksud artikel tersebut), Saya simpulkan artikel tersebut ingin menyampaikan pesan penulis kepada pembaca yaitu : Terkait pernyataan mantan menteri Yuddy Chrisnandi, yaitu "ingin menjadi Duta Besar di negara kecil saja, agar bisa mengajar dan memiliki waktu untuk menulis." yang menurut penulis adalah sebuah penghinaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena menjadi diplomat sama sekali bukan hal yang mudah, dan bukan pula sebuah pekerjaan yang isinya hanya bersantai. Mempertahankan kehormatan dan kehadiran Indonesia di luar negeri adalah hal yang membutuhkan strategi matang, perencanaan, dan visi yang kuat. Penulis bisa berpendapat demikian, karena ia melihat langsung, mengalami sendiri kehidupan sebagai diplomat, karena ia adalah putri dari duta besar RI untuk negara kepulauan Fiji ( Gary Rachman Makmun Jusuf).
Timbul pertanyaan iseng di otak saya yang cerdas ini : mengapa dik Gustika menambahkan nama Hatta di belakang namanya? Sementara bapaknya tak memakai nama Hatta.
Tulisan perdana dari Dik Gustika (saya panggil adik, karena usianya pasti lebih muda dari saya) saya nilai 8.5 dapat poin A+ dari saya. Sangat keren, sehingga sangat wajar tanpa pengecualian (unqualified) Tulisan perdananya diganjar HEADLINE oleh admin kompasiana. Saya aja sampai tulisan ke 70 belum pernah dapat HEADLINE.
Ini bukan sirik loh, tapi ini tantangan buat saya, kalo dik Gustika bisa, masa kaka Cuker gak bisa? Saya pun menyemangati diri saya sendiri, juga kompasianer lain yang sepertinya bermusuhan dengan HL, supaya segera dapat HL pertama, supaya pecah telor. "Ayo Saya Bisa."
Saya tertarik untuk menanggapi tulisan keren tersebut. Tulisan keren mesti mendapat tanggapan yang keren pula, untuk merangsang pikiran sehingga senantiasa menulis lebih bagus lagi. Kalopun tanggapan saya dianggap tidak keren, gpp, yang penting kalian semua sepakat kalo penulisnya keren.
Tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan tulisan ini, tak ada tulisan keren yang tak ditanggapi, dan Inilah tanggapan saya atas tulisan dik Gustika :
1. Jangan terlalu serius dan berlebihan menanggapi pernyataan mantan menteri Yuddy Chrisnandi, salah satu alasan kenapa presiden Jokowi memecatnya sebagai menteri karena dipandang tidak cukup cakap menjalankan pekerjaan tersebut. Mungkin, ia mengatakan hal tersebut sedang kusut pikirannya, sedang galau mau diganti, jadi omongannya agak gak enak didengar.
[caption caption="Kompas.com"]
[/caption]
2. Jangan terlalu memuji hasil kerja duta besar RI untuk kepulauan Fiji yang notabene ayah kandung penulis, karena akan terkesan subjektif. Jika memang hasil kerja duta besar kepulauan Fiji memang bagus, biarlah disampaikan melalui jalur yang benar dan oleh pihak yang independen, maka nilai kinerjanya akan sangat keren karena terasa objektifitasnya.
3. Kalimat di alinea terakhir ini tidak jelas, sehingga kesimpulan jadi kabur dan membingungkan, yaitu "Duta besar tidak bisa disamakan seperti partai politik di mana salah satu dari banyak fungsinya adalah sebagai kendaraan untuk memenuhi ambisi segelintir orang. Intinya, dunia diplomasi jauh berbeda dari yang seperti ekspektasi kebanyakan orang yang menurutnya seperti apa yang terjadi pada serial TV Gossip Girl, misalnya."